Pemerintah Provinsi Bali di bawah kepemimpinan Gubernur Wayan Koster terus mendorong gerakan masif memerangi timbulan sampah plastik sekali pakai yang menjadi ancaman serius bagi lingkungan. Agar hasilnya lebih signifikan, ia ingin gerakan resik sampah plastik diatur dalam awig-awig/pararem Desa Adat se-Bali.
Harapan itu dikemukakannya dalam sambutan yang dibacakan Sekda Provinsi Bali Dewa Indra pada Gerakan Semesta Berencana Bali Resik Sampah Plastik yang dipusatkan di Pasar Pancasari, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, Minggu (19/5).
Menurut Gubernur Koster, ia sangat serius dalam upaya penanganan sampah plastik yang telah lama menjadi isu global. Gerakan ini adalah langkah awal yang baik untuk membebaskan Bali dari cemaran sampah plastik sekali pakai seperti kantong plastik, sedotan plastik dan styrofoam.
Namun ia menyadari, upaya pemerintah tak akan membuahkan hasil optimal tanpa dukungan dari seluruh komponen masyarakat, utamanya Desa Adat yang memiliki kekuatan di mengikat krama adat. Oleh karena itu, ia sangat berharap gerakan resik sampah plastik ini ditindaklanjuti dengan memasukkan program pengelolaan sampah dalam awig-awig/pararem Desa Adat se-Bali.
Masih dalam sambutannya, pria yang juga menjabat sebagai Ketua DPD PDIP Bali ini menyampaikan apresiasi atas antusiasme masyarakat dalam mendukung gerakan mengurangi timbulan sampah plastik sekali. Ia menambahkan, gerakan ini merupakan implementasi Peraturan Gubernur Nomor 97 Tahun 2018 tentang Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Sekali Pakai.
Lebih dari itu, program ini adalah bagian tak terpisahkan dari upaya memelihara dan melestarikan keagungan, kesucian dan taksu alam Bali yang meliputi tempat suci, laut, danau, sungai, sumber mata air, gunung, hutan, tumbuh-tumbuhan dan lingkungan alam secara sekala. “Kegiatan ini sejalan dengan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali, yakni menjaga kesucian alam Bali berserta isinya untuk mewujudkan kehidupan krama (warga) Bali yang sejahtera, bahagia sekala (jasmani) dan rohani,” terangnya.
Masyarakat Bali yang mayoritas beragama Hindu sudah seharusnya melaksanakan ajaran Weda dengan baik, yang salah satunya mengamanatkan agar umat tidak membuang sampah sembarangan. Bertolak dari hal tersebut, ia mengajak seluruh masyarakat merubah perilaku. “Jangan membuang sampah sembarangan, mari ikut aktif melakukan edukasi terkait pentingnya upaya menjaga lingkungan,” cetusnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali I Made Teja menerangkan bahwa gerakan resik sampah plastik digelar serentak di seluruh Bali dengan melibatkan tak kurang dari 26.500 orang. Sebelumnya, Pemprov Bali sukses melaksanakan gerakan bersih sampah plastik di Areal Pura Agung Besakih, 2 Februari 2019 dan Lapangan Umum Kintamani Kabupaten Bangli, 7 April 2019.
Sekda Dewa Indra dalam wawancaranya dengan sejumlah awak media menambahkan, kegiatan ini bertujuan untuk mengurangi timbulan sampah plastik secara signifikan di seluruh Bali. Ia menyebut, agenda resik sampah plastik ke depannya akan makin diintensifkan dan dilakukan rutin sebulan sekali. Sejalan dengan itu, pihaknya juga terus melakukan evaluasi terhadap efektifitas Pergub Nomor 97 Tahun 2018. “Badan Lingkungan Hidup telah melaksanakan survei dari bulan Februari hingga April 2019, hasilnya timbulan sampah plastik turun signifikan,” ujarnya.
Dewa Indra mengakui, butuh proses dan waktu untuk mengubah perilaku masyarakat yang sudah sangat lama tergantung dengan plastik. Namun dengan berbagai upaya dan edukasi yang terus dilakukan, pihaknya yakin perlahan-lahan masyarakat akan terbiasa mengganti plastik dengan bahan-bahan ramah lingkungan. Untuk itu, Dewa Indra juga ingin barang-barang penganti plastik diproduksi secara simultan dilakukan sejalan dengan gerakan edukasi.
Dewa Indra didampingi Kepala BLH Made Teja juga berkesempatan berdialog dengan sejumlah pedagang di Pasar Pancasari untuk memberikan edukasi agar mereka menyediakan kantong kain di tempat berjualan. “Tolong sediakan juga kantong kain dan sarankan pembeli untuk menggunakannya,” sarannya kepada seorang pedagang buah.
Kegiatan resik sampah plastik di Pasar Pancasari melibatkan jajaran OPD Pemprov Bali, Pemkab Buleleng, pelajar, mahasiswa, masyarakat sekitar dan sejumlah organisasi. Jajaran OPD Kabupaten Buleleng dipimpin langsung oleh Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana.
Selain di Pasar Pancasari, kegiatan resik sampah plastik yang melibatkan OPD Pemprov Bali juga dilaksanakan dilingkungan Pelabuhan Tanah Ampo, Ulakan, Karangasem. Asisten Administrasi Umum I Wayan Suarjana selaku pimpinan kegiatan mewakili Gubernur Bali Wayan Koster, saat diwawancara awak media menyampaikan tingkat timbunan sampah plastik di Bali sudah pada tahap mengkhawatirkan.
Hal inilah yang menurutnya mendasari Gubernur Bali Wayan Koster menerbitkan Pergub Nomor 97 Tahun 2018 dan secara berkala diimplementasikan kedalam kegiatan-kegiatan yang tujuannya mengurangi timbunan sampah plastik seperti kegiatan resik sampah plastik yang dilaksanakan di Tanah Ampo. “Dengan pelaksanaan kegiatan ini yang disinergikan dengan kegiatan Bulan Bhakti Gotong Royong Masyarakat XVI, diharapkan dapat mengurangi timbunan sampah plastik diseluruh lingkungan di Bali,” ujarnya.
Khusus untuk Minggu (19/5), kegiatan bertajuk Gerakan Semesta Berencana Bali Resik Sampah Plastik dipusatkan di Pasar Pancasari, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng diikuti oleh 2.500 peserta. Pada jam yang sama, kegiatan serupa juga dilaksanakan di seluruh Kabupaten/Kota.
Untuk Kota Denpasar, kegiatan dipusatkan di GOR Ngurah Rai/Lila Bhuana hingga Kreneng dengan peserta 2.500 orang. Sementara di Kabupaten Badung, resik sampah plastik dilaksanakan di beberapa titik yaitu Pura Pucak Mangu, Taman Mumbul, Pura Sadha, Pura Mukti Pecatu dengan total peserta 2.500 orang.
Di Kabupaten Gianyar, kegiatan dipusatkan di Pantai Siyut dan Tulikup dengan total peserta 2.500 orang. Sedangkan untuk Tabanan dilaksanakan di Pasar Induk Baturiti, Pasar Candikung hingga objek wisata Candikuning dengan peserta 2.000 orang.
Kabupaten Klungkung menurunkan peserta terbanyak dalam kegiatan kali ini yaitu 10.500 peserta yang tersebar di Pantai Batu Tumpeng dan Desa Gelgel. Sementara untuk Kabupaten Bangli, Karangasem dan Jembrana masing-masing jumlah peserta yang terlibat adalah 2.000, 1.500 dan 1.000 orang. (Adv/balipost)