GIANYAR, BALIPOST.com – Pembatasan akses media sosial (medsos), memberi dampak signifikan terhadap pengusaha kerajinan di Kabupaten Gianyar. Pasalnya di kawasan seni ini dominan pengusaha menggunakan sistem jual beli secara online.
Kondisi ini pun membuat pengusaha menjerit kerena tidak bisa melakukan transaksi. Seperti pengusaha, Putu Sudi Andyani. Ia mengaku penutupan akses ini menyebabkan tidak ada order selama sehari pada Rabu (22/5).
Pemilik Bara Silver itu mengatakan pembatasan akses medsos memberi pengaruh signifikan terhadap usaha kerajinan perak yang ia geluti. Bahkan sejak dilakukan pembatasan, pihaknya mengalami zero order. “Jadi itu dari kemarin pesanan lewat online sudah zero,” katanya.
Dikatakan gangguan yang ia rasakan ialah kesulitan dalam sharing gambar kerajinan perak. Biasanya ia share gambar kerajinan ini di medsos, namun selama pembatasan ini pihaknya tidak bisa upload karya sama sekali. “Jadi selama gangguan ini gambarnya tidak kelihatan, jadi lemot sekali. Kalau sebelumnya kita share gambar di medsos, lalu pesennya itu via WA (WhatsApp, red), tapi semenjak pembatasan ini tidak bisa,” katanya.
Pihaknya berharap kondisi ini tidak berlangsung lama. “Kami pengusaha tidak bisa terlepas dari online, jadi kami harap kondisi ini segera normal kembali,” tandasnya.
Pengusaha online lainnya, Putu Sintia mengungkapkan, sejak Rabu sore dirinya kesulitan mengunggah foto produk maupun berkomunikasi dengan para pembeli. “Nggak bisa ngirim foto, sulit jualan,” ungkapnya.
Pihaknya pun berharap kondisi ini tidak berlangsung lama. “Ya mudah-mudahan situasi di Jakarta kembali kondusif, sehingga kita yang cari rejeki di desa bisa kembali kerja,” harapnya.
Ditemui terpisah, Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Gianyar, Cokorda Rai Widiarsa mengakui pembatasan akses sementara ini memang berdampak secara pribadi maupun pelayanan umum. “Jangankan dibatasi lama, off sekian menit saja sudah berdampak. Tapi mohon dimaklumi, karena pembatasan ini kan demi stabilitas negara. Seperti yang disampaikan Kominfo pusat,” ungkapnya.
Pihaknya pun turut berharap pembatasan akses internet ini tidak berlangsung lama. Meski demikian, pihaknya tidak bisa banyak berbuat karena diatur oleh pusat. “Kita tunduk pada pusat. Hanya saja bagaimana ke depan hal seperti ini bisa lebih awal diprediksi. Sehingga tidak membatasi akses internet keseluruhan. Agar bisa dirancang, mana-mana hal yang bersifat rahasia tidak tembus pada khalayak ramai,” tandasnya. (Manik Astajaya/balipost)