DENPASAR, BALIPOST.com – Ajaran Bhaerawa merupakan ajaran kuno yang kerap dikonotasikan negatif karena mengandung simbol-simbol. Padahal, dalam ajaran ini diajarkan cara bersosialisasi dan meningkatkan kualitas manusia.
Menurut salah satu penekun ajaran Bhaerawa, Jro Ketut Suryadi, Kamis (30/5), Bhaerawa ini adalah ajaran yang sudah dikenal di nusantara sejak lama. Ajaran ini merupakan bagian dari sejarah dan budaya nusantara yang mesti dilestarikan keberadaannya. “Ajaran Bhaerawa ini kerap dikonotasikan negatif karena sarat simbol-simbol yang bisa menimbulkan bermacam-macam persepsi. Jika dipahami dengan benar, ajaran ini mampu meningkatkan kualitas hidup manusia,” katanya di sela-sela bedah buku “Bhaerawa adalah Jalanku” oleh Ida Pandita Dukuh Celagi Dhaksa Dharma Kirti.
Ia mengutarakan kesalahpahaman dan konotasi negatif dari ajaran ini dicoba untuk diluruskan oleh Ida Pandita Dukuh Celagi Dhaksa Dharma Kirti melalui buku “Bhaerawa adalah Jalanku.” Terlebih, ajaran ini sebenarnya merupakan bagian dari budaya nusantara. “Peninggalan berupa prasasti maupun arca terkait ajaran ini banyak ditemukan di seluruh Indonesia, baik di Bali, Jawa, maupun wilayah lainnya,” ungkap Jro Ketut Suryadi.
Dalam bukunya, Ida Pandita mengutarakan ditulisnya buku ini untuk menambah pengetahuan tentang ajaran Bhaerawa. Termasuk, membuka pemahaman ajaran ini yang selama ini dianggap negatif.
Pemahaman yang benar tentang ajaran dan praktik Bhaerawa ini sangat penting untuk merealisasikan diri sesuai dengan ajaran-Nya. Harapannya ajaran ini menjadi jawaban atas berbagai kebuntuan, konflik, dan krisis yang makin tak jelas arahnya. (Diah Dewi/balipost)