BANGLI, BALIPOST.com – Keluarga pahlawan Bangli Kapten Anak Agung Anom Mudita berduka. Istri Kapten Mudita, Jero Pasek Jempiring berpulang, Selasa (28/5).
Almarhum menghembuskan nafas terakhirnya saat menjalani perawatan di sebuah rumah sakit swasta di Denpasar. Ditemui di Puri Kiliyan-Puri Agung Bangli, Kamis (30/5), putra semata wayang almarhum, Anak Agung Anom Suarcana menuturkan, ibunya dirawat di rumah sakit selama tiga mingguan.
Ibunya harus menjalani perawatan lantaran mengalami pendarahan di kepala setelah tiba-tiba jatuh di Puri. “Saat jatuh, kepala ibu saya sempat terbentur hingga benjol,” kata Anom Suarcana didampingi pamannya Anak Agung Bagus Ardana.
Ketika itu, ibunya sempat pingsan sebentar. Namun beberapa saat kemudian kondisinya membaik, bahkan bisa berjalan sendiri saat diantar ke rumah sakit.
Selama menjalani perawatan di rumah sakit, kondisi kesehatan almarhum menurun. Pada Selasa (28/5) sekitar pukul 14.45 Wita, almarhum menghembuskan nafas terakhirnya.
Diungkapkan Anom Suarcana, semasa hidupnya almarhum tidak pernah mengalami sakit parah hingga mengharuskannya menjalani perawatan di rumah sakit. Meski usianya sudah senja, semasa hidupnya almarhum masih tetap bugar dan bisa melakukan sejumlah aktivitas seperti menyapu, memasak, hingga menyiapkan sesajen untuk upacara agama.
Almarhum juga sering menceritakan masa-masa perjuangan kepada anak dan cucunya. “Jadi yang kemarin ini beliau untuk pertama kali sekaligus terakhir kalinya dirawat di rumah sakit,” ungkapnya.
Saat ini jenasah almarhum masih dititipkan di RSU Bangli. Sesuai hasil paruman keluarga besar Puri Agung Bangli, rencananya jenazah almarhum akan dipulangkan pada 20 Juni mendatang usai upacara pujawali di Pura Penataran Agung Bangli. Selanjutnya upacara pelebon almarhum akan dilaksanakan dua hari kemudian yakni pada 22 Juni.
Jero Pasek Jempiring yang berasal dari Desa Nyanglan, Klungkung, meninggal dunia pada usia 92 tahun. Kepergian almarhum meninggalkan satu orang putra, tiga cucu dan enam cicit.
Di mata keluarga besar, Jero Pasek Jempiring merupakan sosok wanita keibuan dan setia. Jero Pasek Jempiring menikah dengan Kapten Anom Mudita pada tahun 1942.
Selama menjadi istri pejuang, almarhumah ikut berjasa dalam membantu menyiapkan logistic bagi para tantara keamanan rakyat (TKR). Saat masa perjuangan, almarhum sempat mengungsi karena Puri Kiliyan hendak dibakar penjajah. Jero Pasek Jempiring ditinggalkan selama-lamanya oleh suami tercintanya, Kapten Anom Mudita, yang gugur pada tahun 1947. (Dayu Swasrina/balipost)