AMLAPURA, BALIPOST.com – Aktivitas vulkanik Gunung Agung sampai saat ini masih fluktuatif atau tidak stabil. Bahkan belakangan ini, gunung tertinggi di Bali itu lebih sering mengalami erupsi besar disertai lontaran lava pijar.
Kendati demikian, hingga kini status Gunung Agung masih tetap level
III (Siaga). Kasubbid Gunung Api Wilayah Timur, Devy Kamil Syahbana, Senin (3/6) mengatakan, kalau erupsi Gunung Agung yang terjadi belakangan
ini mulai terpola.
Kata dia, waktu erupsi satu dengan erupsi
yang lainnya interval waktunya hanya enam sampai sepuluh hari. “Erupsi Gunung Agung rutin terjadi. Gunung Agung masih belum stabil. Erupsi skala kecil masih berpotensi terjadi,” ungkapnya.
Devy Kamil menambahkan, berdasarkan dari hasil pengamatan alat GPS
yang dipasang di sejumlah titik di Lerang Gunung Agung, pasca erupsi 24 Mei menunjukkan adanya deflasi atau mengempisan di tubuh gunung sebesar 0,39 milimeter. “Pengempisan itu diakibatkan adanya kantong dapur magma yang kosong akibat magma bermigrasi ke permukaan kawah. Dan tekanan gas fluida didalam perut Gunung Agung masih
lemah,” katanya.
Lebih lanjut dikatakannya, pihaknya tetap mengimbau seluruh masyarakat yang bermukim di lereng Gunung Agung tetap tenang. Pasalnya, letusan dan material lava pijar yang dikeluarkan tidak melebihi radius zona bahaya 4 kilometer. (Eka Parananda/balipost)