DENPASAR, BALIPOST.com – Peternak ayam ras di Bali kembali mengeluhkan harga yang rendah. Harga terendah sempat menyentuh Rp 15.500 per kilogram. Peternak di Pulau Dewata tertekan dengan kondisi ini.
Ketua Perhimpunan Peternak Ayam Buras (PPAB) Bali I Ketut Yahya Kurniadi, SKH, mengungkapkan hal itu, Kamis (6/6). Kondisi ini sudah mulai dirasakan sejak awal Mei lalu. Peternak ayam ras mendapat tekanan harga daging ayam dari Jawa yang over produksi.
Ini diduga akibat pemerintah pusat yang setengah hati dalam mengontrol produksi day old chick (DOC). Harga ayam hidup di Jawa sempat menyentuh Rp 13.500 per kg. Sementara di Bali waktu itu harga masih cukup baik di kisaran Rp 22.000 per kg.
Terus masuknya daging ayam dari Jawa membuat harga di Bali terus tertekan. Yang terparah minggu lalu harga sampai menyentuh Rp 15.500 per kg di tingkat peternak. Hal ini juga efek dari banyaknya bermunculan mitra baru dari Jawa Tengah yang masuk ke Bali. “Produksi di Bali ikut bertambah dan peternak terus mengalami kerugian,” katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali I Wayan Mardiana belum lama ini mengatakan, stok daging di Bali selama libur Lebaran masih cukup. Persediaan daging ayam, telur, daging babi dan sapi mencukupi permintaan konsumsi masyarakat dan wisatawan. Bahkan, stok daging ayam surplus. Hal itu karena di Bali semua komoditi dikembangkan dan masyarakat peternak pun sudah memiliki pasar masing-masing.
Setiap hari ayam yang dipotong 180 ribu ekor sampai 200 ribu ekor atau 70 ton di Bali. Sementara kebutuhan daging ayam untuk memenuhi konsumsi penduduk dan wisatawan tidak sebanyak itu. Konsumsi daging ayam di kalangan penduduk dan wisatawan berkisar 2.106 ton per bulan. “Konsumsi per hari lebih banyak ayam karena harga dagingnya tidak mahal. Sekarang pun harga daging ayam boiler di pasaran Rp 35 ribu per kilogram, masih normal,” terangnya. (Citta Maya/balipost)