BANGLI, BALIPOST.com – Permintaan jeruk Kintamani dari Pulau Jawa akhir-akhir ini lesu. Kondisi ini berdampak pada harga jeruk di tingkat petani. Per kilogramnya, jeruk Kintamani jenis slayer kini hanya laku dijual petani Rp 3 ribu. Turun seribu rupiah dari harga sebelumnya.
Salah seorang petani jeruk Kintamani Ketut Sandia mengungkapkan, penurunan harga jeruk Kintamani jenis slayer dirasakan sudah terjadi sejak empat hari terakhir. Harga jeruk slayer yang biasanya laku dijual Rp 4 ribu per kilogramnya, kini hanya laku Rp 3 ribu. “Menurut saudagar yang saya tanya, penurunan harga terjadi karena di Jawa lesu pembeli,” ungkap petani di Desa Manikliyu, Kintamani itu, Kamis (13/6).
Turunnya harga jeruk pasca hari raya lebaran seperti sekarang, diakui Sandia memang sudah biasa terjadi setiap tahun. Namun demikian, dari pengalamannya selama ini, jika harga jeruk slayer sudah turun maka dipastikan akan berlangsung lama dan sulit untuk naik kembali. Apalagi nanti ketika sudah tiba musim panen jeruk siem sekitar bulan Agustus sampai Oktober, diperkirakan harga jeruk slayer akan tetap bertengger di harga sekarang bahkan turun. “Dua tahun lalu sempat harganya seribu rupiah per kilogram,” ujarnya.
Namun demikian, meski harga jeruk slayer kini mengalami penurunan di harga Rp 3 ribu per kilogramnya, Sandia sebagai petani mengaku tak terlalu banyak merugi. Sebab biaya perawatan yang dikeluarkan untuk tamanan jeruk slayer tak terlalu banyak. “Perawatan lebih gampang. Harganya gampang turun juga,” katanya.
Selain Sandia, petani jeruk lainnya Ni Nyoman Manton juga mengakui harga jeruk slayer kini murah. Ia menyebut normalnya jeruk slayer bisa laku dijual Rp 4 ribu-Rp 5 ribu per kilogramnya. Turunnya harga jeruk menurutnya terjadi karena pengaruh libur mudik yang menyebabkan pengiriman jeruk ke luar Bali belum agak tersendat. (Dayu Swasrina/balipost)