Nelayan di Desa Sangsit, Kecamatan Sawan, tak berani melaut karena gelombang tinggi dan angin kencang. (BP/mud)

SINGARAJA, BALIPOST.com – Aktivitas penangkapan ikan di wilayah Kabupaten Buleleng sejak seminggu ini tidak berjalan seperti biasanya. Nelayan di daerah ini terpaksa menghentikan usaha tangkapnya menyusul cuaca buruk yang melanda perairan di Bali Utara.

Tidak ingin kehilangan nafkah untuk keluarga, nelayan terpaksa mencari pekerjaan sampingan mulai dari menjadi buruh bongkar muat kapal ikan hingga menjual jasa perbaikan perahu atau peralatan tangkap ikan lain.

Pantauan di kampung nelayan di Dusun Pabean, Desa Sangsit, Kecamatan Sawan, Senin (17/6), aktivitas nelayan terhenti karena ombak tinggi disertai angin kencang. Mereka yang tidak ingin mengalami risiko kecelakaan saat melaut memilih menghentikan usahanya. Perahu yang bisa diturunkan untuk melaut untuk sementara ditambatkan di pinggir pantai. Untuk mengisi waktu, nelayan di desa ini mencari pekerjaan sampingan.

Baca juga:  Gedung TK di Nongan Ambruk Akibat Angin Kencang

Seperti dilakukan Sahril (50), anggota Kelompok Nelayan (KN) Binika Samudra. Dia mengatakan sudah sekitar satu pekan tidak berani melaut untuk memancing ikan di rumah ikan (rumpon-red) yang dipasang di tengah laut. Lokasi penangkapan itu biasanya dapat ditempuh dengan pelayaran dari daratan sekitar dua jam.

Dari darat cuaca di laut terlihat biasa-biasa saja. Namun, kondisi ini berubah saat waktu pelayaran sekitar satu jam. Ketinggian ombak antara 2 sampai 4 meter akan menghadang perahu nelayan. Situasi ini ditambah angin kencang, sehingga sangat berisiko memicu terjadinya kecelakaan. “Lebih baik kehilangan penghasilan untuk sementara daripada berisiko kalau memaksa melaut,” katanya.

Baca juga:  Angin Kencang Landa Baturiti, Plastik di Kebun Warga Beterbangan

Sahril menilai keselamatan jiwa lebih penting. Untuk menutup kebutuhan hidup keluarga dan biaya sekolah anak-anaknya, untuk sementara dia bekerja sebagai buruh angkut barang ketika ada kapal ikan dari Sepakan, Madura, Jawa Timur, di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Sangsit.

Kalau tidak ada kapal membongkar muat, Sahril mencari pekerjaan sampingan dengan membantu salah satu rekannya yang sehari-hari membuat perahu atau memperbaiki alat tangkap nelayan. Dengan pekerjaan sampingan ini, kebutuhan keluarganya dapat dipenuhi.

Nelayan lainnya Abdul Rahim (45) menyatakan, kendati teman-teannya tidak melaut karena cuaca buruk, dirinya tetap nekat menurunkan perahu dan pergi mancing. Keputusan penuh risiko ini terpaksa diambilnya karena tidak ingin keluarganya tidak makan. Apalagi hasil melaut ini untuk membiaya semua kebutuhan anak sekolah dan keperluan dapur sehari-hari.

Baca juga:  Belum Ada Kabupaten/kota di Bali Sandang Zona Hijau COVID-19, Kepatuhan Prokes Kabupaten Ini Terparah

Kendati harus bertarung dengan cuaca buruk, setiap hari Abdul Rahim berangkat melaut dini hari sekitar pukul 03.00 Wita. Ia memilih lokasi mancing yang tidak terlalu jauh di dalam. Selain itu, waktu menangkap ikan juga singkat yakni sekitar pukul 12.00 harus kembali ke daratan karena angin kencang dan ombak membesar.

Karena pelayaran tidak terlalu di dalam, hasil tangkapannya turun dibandingkan saat cuaca normal. Ikan hasil tangkapannya juga berukuran kecil seperti jenis awan dan tompek. “Dapatnya ikan kecil-kecil. Hasilnya memang turun, tapi cukup untuk beli beras dan bekal anak sekolah,” ujar Abdul Rahim diiyakan istrinya Parwati. (Mudiarta/balipost)

BAGIKAN

1 KOMENTAR

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *