SINGARAJA, BALIPOST.com – Pembangunan pasar darurat di kawasan Terminal Banyuasri dan ruas Jalan Samudra, Singaraja, terus dikebut. Sesuai kontrak, proyek ini harus tuntas pada 30 Juni 2019. Sementara awal Juli mendatang, pedagang yang menempati kios, los dan rumah toko (ruko) di Pasar Banyuasri akan direlokasi ke pasar darurat.
Kepala Dinas Perdagangan Perindustrian (Disdagprin) Buleleng Ketut Suparto, Rabu (19/6), mengatakan, rekanan saat ini telah merealisasikan pelaksanaan proyek sebesar 71 persen. Capain ini lebih maju dibandingan dengan target dalam perencanaan pelaksanaan. Hal itu membuat pihaknya optimis sebelum kontrak pelaksanaan berakhir, pembangunan pasar darurat sudah tuntas.
“Sekarang tinggal melanjutkan sisa pekerjaan seperti pemasangan pintu ruko dan jaringan listrik. Sesuai evaluasi kami dengan rekanan bersama pengawas, progresnya mencapai 71 persen dan sisa ini akan dituntaskan sampai kontrak pekerjaan berakhir 30 Juni 2019,” katanya.
Menurut mantan Kepala Bagian (Kabag) Ekbang Sekkab Buleleng ini, setelah pasar darurat rampung, pihaknya bersama Perusahaan Daerah (PD) Pasar Buleleng bakal merelokasi pedagang yang saat ini menempati kios, los, dan ruko di Pasar Banyuasri. Tahapan ini dipastikan mulai dilakukan awal Juli 2019 setelah dilakukan upacara agama di lokasi pasar darurat. Jumlah pedagang yang tercatat di PD Pasar Buleleng akan diberikan tempat berjualan di pasar darurat.
Terkait teknis pembagiannya, Suparto menyebut hal itu diserahkan kepada direksi PD Pasar selaku pengelola. Yang jelas teknis yang akan ditempuh melalui cara musyawarah atau diundi. “Semua pedagang yang sudah tercatat di PD Pasar kami pastikan mendapat tempat apakah itu kios, los dan ruko. Kalau ada sisa kami serahkan ke pengelola pasar untuk memanfaatkan tempat yang kami siapkan,” jelasnya.
Pasar darurat ini dibangun menyusul proyek revitalsiasi Pasar Banyuasri mulai tahun 2019 hingga 2020 mendatang. Pasar Banyuasri akan dibangun ulang menjadi pasar semi modern yang dilengkapi berbagai fasilitas penunjang. Salah satunya adalah pasar buah lokal dan kuliner khas Den Bukit. Pasar ini dibangun dengan menyedot anggaran hingga Rp 100 miliar yang bersumber dari dana APBD Buleleng dan Bantuan Keuangan Khusus (BKK) Pemerintah Provinsi Bali. (Mudiarta/balipost)