DENPASAR, BALIPOST.com – Presiden Jokowi menerima rombongan komunitas alumni perguruan tinggi (PT) yang resah semakin merebaknya perilaku radikalisme yang mengarah pada intoleransi dan politik identitas sempit. Di antara 42 alumni yang menghadap Presiden, ada Nyoman “Ponglik” Sudiantara dan Bambang “Bom” Wiyono mewakili Bali.
Mereka diterima Jokowi yang didampingi Menseskab Pramono Anung di Istana Negara, Jakarta, Selasa (18/6). Rombongan alumni dipimpin Amarsyah dari ITB Bandung dan Bambang “Gembos” Joedopramono dari ITS Surabaya.
Jokowi berdialog dengan para alumni dari berbagai daerah di Indonesia tersebut sekitar 2 jam. Ponglik saat dihubungi, Rabu (19/6) membenarkan pertemuan para alumni dengan presiden tersebut.
Ditanya tentang materi pembicaraan, Ponglik menjelaskan bahwa itu pertemuan internal dan tertutup. Namun Ponglik menyebutkan, masalah radikalisme dan intoleransi menjadi pembicaraan paling fokus. “Boleh dibilang, itu (masalah radikalisme dan intoleransi, red) menjadi fokus utama pembicaraan. Semua setuju harus ditangani serius karena bisa mengancam keutuhan bangsa,” ujar Ponglik.
Soal masukan dari Bali, Ponglik menyatakan, perwakilan Bali menyampaikan kepada Presiden agar pembangunan Bali tetap harus memperhatikan lingkungan, alam dan budaya. “Kami sampaikan agar pembangunan berpihak kepada masyarakat lokal, tidak meminggirkan masyarakat Bali. Karena peminggiran masyarakat lokal, bukan tidak mungkin, juga bisa memunculkan radikalisme bentuk lain,” ungkap Ponglik.
Ditanya tentang masukan untuk kabinet, Ponglik menjelaskan, memang ada yang menyampaikan. “Tapi sepintas saja,” ujarnya.
Soal aspirasi dari Bali, menurut dia, Presiden Jokowi mengapresiasi masukan dari para alumni. Presiden juga mengucapkan terimakasih atas dukungan masyarakat sehingga memenangi Pilpres 2019. “Bapak Presiden sangat baik menerima kami. Mencatat masukan kami. Dan akan terus membuka diri menerima masukan para alumni. Dan berbicara banyak hal. Tapi saya belum bisa sampaikan semua. Itu dulu ya,” pungkas Ponglik. (kmb/balipost)