DENPASAR, BALIPOST.com – Populasi sapi Bali saat ini kurang lebih 526 ribu ekor. Untuk mempertahankan dan meningkatkan populasinya, pemerintah mengeluarkan program Sapi Induk Wajib Bunting (Siwab) sejak tahun 2017. Pada tahun 2019 ini, ditargetkan 70.000 sapi betina untuk mengikuti program Siwab dan diharapkan akan terjadi kelahiran sapi baru sebanyak 39 ribu ekor.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali, Wayan Mardiana, Rabu (19/6) mengatakan sapi Bali merupakan plasma nutfah yang perlu dilestarikan. Kelebihan sapi Bali dibandingkan sapi jenis lainnya adalah selain cepat beradaptasi, tekstur dagingnya juga lembut dan tidak kasar serta tingkat fertilitasnya besar yaitu 80 persen.
Untuk meningkatkan jumlah kelahiran pada sapi Bali, dikeluarkan program Siwab dimana proses reproduksi dilakukan secara inseminasi buatan oleh petugas dan biayanya digratiskan. Tahun ini ditargetkan 70.000 ekor induk betina yang mengikuti program Siwab. Dari 70.000 ini diharapkan 70 persennya bunting atau sebanyak 49.200 ekor dan dari jumlah ini diharapkan 80 persennya terjadi kelahiran sapi baru atau sebanyak 39 ribu ekor.
Menurut Mardiana, keberhasilan Siwab untuk menambah populasi baru sapi Bali selalu melebihi target. Ini bisa dilihat dari tahun 2018, dari 76.300 aseptor atau induk betina yang menjalani program Siwab, berhasil bunting sebanyak 60.806 ekor atau sebanyak 79,69 persen. Melebihi target yang ditetapkan sebanyak 70 persen.
Dari induk betina yang berhasil bunting ini, sapi yang lahir sebanyak 50.169 ekor atau sebanyak 82,5 persen. Melebihi target yang ditetapkan sebanyak 70 persen.
Pentingnya sapi Bali dilestarikan dan ditingkatkan populasinya, karena permintaan akan sapi Bali cukup banyak setiap tahunnya. Menurut Murdiata setiap tahunnya kouta sapi potong untuk memenuhi kebutuhan luar Bali sebanyak 48 ribu ekor dan untuk kebutuhan Bali sebanyak 33 ribu ekor. Sehingga tiap tahun terjadi pengurangan kurang lebih 81 ribu ekor.
Adapun daerah penghasil sapi Bali adalah Karangasem, Klungkung, Badung, Tabanan dan Buleleng. Tidak hanya di lima kabupaten ini, provinsi lain pun mengembangkan populasi Bali antara lain di NTT, Lampung dan Sulawesi Selatan.
Diakui Mardiana, sapi Bali yang dikembangkan di Propinsi lain memiliki sedikit perbedaan dalam hal tekstur daging. ”Misalkan di NTT, karena di sana ladangnya luas membuat sapi lebih banyak bergerak dan membuat dagingnya lebih alot karena berotot. Kalo di Bali, lebih lembut karena sapi tidak banyak bergerak karena dikandang atau diikat,” papar Mardiana. (Wira Sanjiwani/balipost)