Gong kebyar anak-anak duta Badung unjuk kebolehan serangkaian Pesta Kesenian Bali ke-41 di panggung terbuka Arda Candra Taman Budaya Art Centre Denpasar, Jumat (21/6/2019). (BP/Dokumen)

MANGUPURA, BALIPOST.com – Sekaa Gong Kebyar Mekar Jaya Br. Lambing, Desa Mekar Bhuwana Abiansemal sebagai duta Kabupaten Badung tampil mebarung dengan sekaa gong kebyar Werdhi Yowana Desa Bedulu, Belahbatuh, duta Kabupaten Gianyar dalam pagelaran gong kebyar anak-anak serangkaian Pesta Kesenian Bali ke-41 di panggung terbuka Arda Candra Taman Budaya Art Centre Denpasar, Jumat (21/6). Pertunjukan tersebut disaksikan oleh Kadis Kebudayaan Kabupaten Badung IB Anom Bhasma, Pimpinan Organisasi Perangkat Daerah Pemkab Badung nampak pula hadir Ketua Gatriwara Ny. Ayu Suarthini Parwata beserta Organisasi Kewanitaan Kabupaten Badung.

Dari empat materi yang dibawakan duta Sekaa Gong Kebyar Anak-Anak Mekar Jaya, menampilkan kepiawaian mereka dalam menguasai materi tetabuhan dan tarian sangat menginspirasi. Tampil di sisi utara panggung dengan balutan seragam dominasi merah kombinasi  keemasan, Sekaa Gong Mekar Jaya tampil percaya diri.

Aksi anak-anak di bawah umur 15 tahun itu diawali tabuh kreasi berjudul “Kebyar Ding Sempati” hasil gubahan ASTI denpasar oleh I Wayan Brata. Tabuh kreasi ini merupakan bentuk tabuh kekebyaran yang memiliki pola garap dan bentuk baru.

Baca juga:  Rekonstruksi Pembunuhan Mahasiswi di Kamar Kos, Usai Membunuh Tersangka Cium Kening Korban

Dalam komposisinya yang mengagumkan adalah motif-motif kebyar yang tidak memakai hitungan tertentu dan terjun tak henti-henti, karya ini diciptakan oleh Made Regog pada tahun 1925, sebagai Pembina Tabuh I Wayan Gede Arnawa dan I Wayan Muliadi. Penampilan kedua, dipentaskan Tari Kreasi “Jaran Teji” yakni tari yang memadukan gerak tari laki dan perempuan yang menggambarkan penyamaran Dewi Sekar Taji ketika mengembara mencari kekasihnya Raden Inu Kerta Pati yang menghilang dari istananya.

Tarian ini bercirikan gerak yang menirukan binatang kuda yang diciptakan oleh I Wayan Dibia pada tahun 1985, tarian ini terinspirasi dari tarian sakral Sanghyang Jaran yang dipadukan dengan gerak tari klasik Bali dan Jawa. Sebagai pembina tari Ida Ayu Suarningsih dan Ida Ayu Diah Setiari, pembina tabuh I Wayan Gitanjaya dan I Nyoman Sumastra Jaya.

Baca juga:  Tabrakan "Adu Jangkrik," Sopir Terjepit

Penampilan ketiga dari Sekaa Gong Mekar Jaya menampilkan Tari Dolanan “Meplalianan Metekap-Tekapan” Tarian ini menggambarkan sebuah warisan yang begitu kental di lakoni oleh para petani di Bali, khususnya dalam mengolah lahan pertanian dengan sarana seperti sapi, lampit, uge, pecut dan tengala dalam satu ungkapan yaitu “Metekap”.

Penggarap mencoba menuangkan ke dalam sebuah garapan meplalianan dengan judul “Metekap-Tekapan” hikmah dan unsur pembelajaran yang dapat diambil dari tarian tersebut anak-anak dapat mengetahui sarana dan cara untuk mengolah lahan pertanian terlebih ada kode unik yang diucapkan oleh penekap seperti kata “Kek, Cis, Pek-pek-pek, dan Yen. Sebagai penanggung jawab Bupati Badung, penata dialog I Wayan Griya, penata gerak I Ketut Jullyartawan, penata vocal Ni Ketut Suryatini, penata tabuh I Wayan Muliadi, pembina tari Ida Bagus Swastika.

Penampilan Pamungkas dari Duta Kabupaten Badung lewat Fragmentari “Tulup Gesing” tari kreasi Tulup Gesing ini berasal dari kata Tulup yang berarti senjata dan Gesing yang berarti bambu. Tulup Gesing merupakan senjata mainan dari bambu (tiing) yang bijinya dari buah lempeni, panggal buaya atau juga bisa mempergunakan dedaunan yang dibentuk menjadi butiran kecil supaya tidak membahayakan. Permainan tradisional ini sudah tergerus zaman yang semakin maju dan berkembang, berpijak dari punahnya permainan tersebut maka terciptalah tari kreasi ini.

Baca juga:  Distan Buleleng Genjot Budi Daya Talas Kuning

Tari ini menceritakan awal dari kebingungan seorang anak yang ingin mengajak temanya bermain, hayalan muncul di benaknya dipilihlah permainan meperang-perangan dengan menggunakan tulup. Dalam permainan ini dibutuhkan kekuatan tenaga (bayu) supaya peluru (mimis) yang dimasukan kedalam laras bambu dapat di dorong oleh angin akibat sodokan dari bambu penyodok, sehingga peluru atau mimis dapat melesat kencang menuju sasaran. Sebagai penata tari IB Yodhi Harischandra, penata tabuh I Wayan Gede Arnawa dan penata gerong Ni Ketut Suryatini. (Adv/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *