Kabupaten Tabanan, Bali perlu memiliki museum lagi yaitu museum untuk memelihara dan memperkenalkan lukisan. Museum yang sudah ada yakni Museum Subak di Sanggulan dan Museum Keramik di Desa Pejaten.

Belum lama ini, saya sempat jalan-jalan ke Tanah Lot dan ada pemandangan yang menyedihkan yaitu bekas galeri lukisan yang rusak berat dan sudah tidak ada atapnya serta ditumbuhi semak belukar. Galeri yang berada di pinggir jalan dan tidak jauh dari Pura Tanah Lot itu adalah milik almarhum Putu Pager, pelukis cukup dikenal kelahiran Desa Penebel, Tabanan.

Baca juga:  Sempat Tutup, Museum Geopark Buka dengan Prokes

Di belakang galeri, ada ruang untuk tempat tidur dan kini ditempati oleh penjual kopi di sana. Daripada kumuh dan kotor apalagi tamu sering lewat di depan bekas galeri itu, sebaiknya Pemda Tabanan membantu membangunkan lagi bekas galeri tersebut dan dijadikan museum lukisan. Lukisan Putu Pager cukup banyak dan objek lukisan pemandangan alam di sekitar wilayah Kabupaten Tabanan seperti Tanah Lot, persawahan Jatiluwih dll. Juga ada berbagai lukisan seni tari Bali. Semua lukisan tersebut kini sudah diboyong oleh putranya, Putu Pager, dibawa pulang ke Penebel.

Baca juga:  Evaluasi Pengelolaan Tata Ruang

Nantinya museum itu bukan saja memajang karya Putu Pager juga bisa menghadirkan pelukis lain yang kelahiran Tabanan seperti pelukis Made Wianta, Jro Mangku Ketut Mastrum dan banyak lagi yang karyanya sudah mendunia.

W. Beratha Yasa

Kapal, Badung

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *