Siswa SMK sedang membaca koran saat orientasi siswa baru. (BP/dok)

Oleh I Gede Eka Saputra

Keluarga memiliki peran strategis dalam pencapaian literasi anak, karena sejatinya keluarga merupakan tempat pendidikan pertama dan utama yang mampu menanamkan pengetahuan dan nilai-nilai bagi setiap anak. Tingkat literasi anak berkorelasi positif dengan keberhasilan anak tidak hanya di sekolah, tetapi juga di dalam kualitas kehidupannya pada masa depan.

Literasi bukan sekadar kegiatan membaca, menulis, dan berhitung. Lebih dari itu, dalam konteks kekinian literasi merupakan kemampuan mengakses, mencerna, dan memanfaatkan informasi secara cerdas yang nantinya memengaruhi segenap aspek kehidupan.

Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga merupakan cikal bakal tumbuhnya generasi bangsa yang literat. Generasi yang literat akan mampu membawa bangsa Indonesia mempunyai peradaban yang tinggi sehingga dapat menyejajarkan diri dengan negara-negara maju di dunia. Namun, kondisi saat ini, Indonesia merupakan negara dengan indeks

pembangunan manusia yang masih berada pada kategori sedang (UNDP, 2016). Begitu pula dengan hasil survei lembaga internasional seperti PISA (Program for International Student Assessment) dan TIMSS (The Trends in International Mathematics and Science Study) mengenai kemampaun literasi senantiasa menempatkan siswa Indonesia pada peringkat bawah.

Hal ini dapat disinyalir dari rendahnya kemampuan anak-anak untuk mengaplikasikan konsep, pengetahuan, ataupun teori yang mereka pelajari di sekolah untuk menyelesaikan permasalahan praktis dan situasional yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Kondisi ini tentunya mengisyaratkan bahwa bangsa ini harus banyak berbenah khususnya terkait dengan kemampuan literasi sebagai salah satu keterampilan esensial yang dibutuhkan pada abad ke-21.

Menjadi urgensi untuk menggiatkan gerakan literasi mulai dari lingkungan keluarga sebagai tempat pendidikan pertama bagi anak. Orangtua yang mempunyai otoritas penuh terhadap tumbuh kembang anak mempunyai kesempatan seluas-luasnya dalam membentuk budaya literasi

Baca juga:  Pertanian Presisi

sejak dini. Namun, fakta yang kita temui sehari-hari di tengah masifnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, orangtua zaman now cenderung menghabiskan waktu untuk bermedia sosial dengan gawainya, sehingga menyebabkan waktu bersama keluarga menjadi

tidak berkualitas. Orangtua pun semakin nihil dalam memberikan teladan berliterasi di rumah khususnya kegiatan membaca. Terjadi ketimpangan dalam keluarga, di tengah semakin banyak dan mudahnya akses berbagai sumber bahan bacaan yang tersedia di internet, akan tetapi minat baca setiap anggota keluarga menurun. Hal ini disebabkan karena internet lebih dimanfaatkan untuk aktualisasi diri dan mencari hiburan semata.

Oleh karena itu, diperlukan sinergi dan komitmen dari seluruh anggota keluarga untuk mewujudkan ekosistem keluarga berliterasi. Perlu serangkaian strategi yang tepat untuk meningkatkan kemampuan literasi seluruh anggota keluarga.

Pertama, peran aktif pemerintah dalam mengupayakan program pendidikan keluarga yang terstruktur, sistematis, dan masif untuk memberikan semacam penyuluhan atau pelatihan bagi orangtua untuk meningkatkan kompetensi literasi dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga nantinya dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pola asuh orangtua dalam menanamkan budaya literasi bagi anak-anaknya.

Kedua, meningkatkan jumlah dan ragam sumber bacaan bermutu yang tersedia di rumah. Orangtua dapat berlangganan bahan bacaan seperti koran atau majalah dalam versi cetak maupun online untuk meningkatkan intensitas membaca.

Dalam memperkaya jumlah bahan bacaan anak, orangtua dapat memulai dari kebiasaan sederhana misalnya dengan menghadiahkan buku bacaan saat hari ulang tahun anak. Hadiah berupa buku juga dapat dijadikan sebagai reward atas prestasi atau pencapaian anak terhadap berbagai hal yang positif.

Namun, orangtua perlu menyadari bahwa hadiah buku yang diberikan harus memerhatikan subjek, genre, dan tingkat kompleksitas bahasa yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak, lebih bagus lagi apabila buku tersebut menjadi favorit bagi anak.

Baca juga:  Tarian Sakral dalam Kepungan Komersialisasi

Karakteristik anak-anak yang masih suka bermain dapat dimanfaatkan oleh orangtua dengan menyediakan permainan edukatif, termasuk di dalamnya permainan tradisional yang dapat menjadi bahan literasi dan tentunya berorientasi pada meningkatnya kemampuan anak berliterasi.

Sebagai generasi digital, anak-anak tentunya sangat familiar dengan dunia internet. Saat ini sudah banyak tersedia sumber belajar dalam versi online yang dapat diakses secara gratis. Oleh karena itu, orangtua sepatutnya dapat mendampingi anak untuk menemukan referensi terkait sumber belajar online yang boleh diakses oleh anak, sehingga nantinya lebih terarah dalam penggunaan internet dan terhindar dari konten negatif.

Ketiga, orangtua perlu memberikan dukungan dan motivasi kepada anak untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan lomba-lomba terkait dengan literasi yang diadakan pihak sekolah, pemerintah, atau lembaga swasta, seperti lomba menulis cerpen, puisi, dan karya ilmiah

remaja. Selain itu, orangtua juga perlu terlibat aktif dalam kegiatan literasi yang diadakan di sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Partisipasi anak dan orangtua dalam berbagai kegiatan tersebut tentunya memberikan dampak positif terhadap meningkatnya kemampuan literasi dan nantinya kegiatan berliterasi menjadi kebutuhan dan gaya hidup anggota keluarga.

Keempat, pengondisian lingkungan rumah dengan menyediakan tempat yang nyaman untuk membaca, begitu pula dengan pemajangan buku-buku di tempat-tempat strategis di dalam rumah, sehingga mudah diakses oleh anak-anak dapat mengoptimalkan budaya membaca di rumah. Kemampuan membaca merupakan modal dasar bagi setiap anak untuk menumbuhkembangkan kecakapan dalam sains dan teknologi, keuangan, serta budaya dan kewargaan yang juga merupakan dimensi dari literasi.

Kelima, keluarga perlu menyepakati jadwal rutin dan berkesinambungan untuk kegiatan berliterasi di rumah. Anggota keluarga harus mempunyai family time, di mana seluruh anggota keluarga berkumpul untuk membaca atau sekadar melakukan permainan edukatif, tentunya dengan menghindari adanya gangguan baik dari televisi maupun gawai.

Baca juga:  "Heritage" Modal Pembangunan Pariwisata

Hal ini menimbulkan suasana yang nyaman dan keleluasaan dalam berliterasi bersama keluarga. Selanjutnya, peran orangtua sangat penting setelah kegiatan berliterasi untuk memfasilitasi anak agar mau menceritakan dan mendiskusikan apa yang sudah dibaca atau permainan yang dilakukan, sehingga jalinan komunikasi antara orangtua dan anak semakin intens dan tentunya anak semakin cakap berliterasi.

Berbagai strategi yang diupayakan tersebut di atas, diharapkan menumbuhkembangkan ekosistem keluarga berliterasi yang tercermin dari jumlah dan variasi bahan bacaan yang dimiliki keluarga, frekuensi membaca anggota keluarga setiap harinya, jumlah tulisan yang dihasilkan oleh anggota keluarga seperti kartu ucapan baik cetak maupun elektronik, catatan harian di buku atau blog, puisi, cerpen, dan karya sastra lainnya. Selain itu, tumbuhnya perilaku hidup bersih, sehat, dan hemat juga merupakan cerminan keluarga yang berliterasi.

Selain guru di sekolah, orangtua juga dapat menjadi agen literasi untuk membentuk insane dan ekosistem keluarga yang literat, sehingga nantinya dapat menumbuhkan pandangan dan sikap positif terhadap literasi, terutama menyadari pentingnya menggunakan kemampuan berliterasi untuk mengambil keputusan di dalam keluarga.

Terlepas dari apa pun profesi orangtua, nilai-nilai keluarga yang memegang teguh budaya literasi harus ditanamkan kepada anak sejak dini, karena anak yang literat senantiasa dekat dengan buku dan terbiasa menggunakan bahan bacaan untuk memecahkan permasalahan kehidupan. Pelaksanaan literasi harus terintegrasi dengan aktivitas keluarga sehari-hari untuk mempersiapkan generasi emas yang mampu menghadapi berbagai tantangan pada masa depan yang dinamis dan kompetitif.

Penulis, guru SMPN 1 Tegallalang, Gianyar, ASN di Pemkab Gianyar

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *