DENPASAR, BALIPOST.com – Coast guard atau penjaga pantai dari Indonesia, Malaysia, Kamboja, Vietnam, Thailand dan Filipina mengikuti pelatihan terkait penegakan hukum wilayah maritim di Pelabuhan Benoa, Jumat (28/5). Utamanya dalam mengatasi masalah ilegal fishing dan kejahatan perdagangan narkoba (drugs trafficking).
Mereka dilatih oleh instruktur dari coast guard Amerika Serikat. Indonesia khususnya diwakili oleh Badan Keamanan Laut (Bakamla).
Direktur Latihan Bakamla RI, Laksamana Pertama Bakamla, Yeheskiel Katiandagho mengatakan, pelatihan ini merupakan bagian dari kegiatan Technical Expert Workshop (TEW) at South East Asia Maritime Law Enforcement Initiative (SEAMLEI) pada 24-28 Juni. Event ini terselenggara atas inisiasi coast guard Amerika Serikat bekerjasama dengan Bakamla RI.
Selain pelatihan atau praktek langsung, para peserta dari 6 negara juga mengikuti workshop. “Inisiasi oleh Amerika Serikat dan Bakamla ini adalah kegiatan yang pertama, nanti akan disambung Bakamla dengan melakukan kunjungan ke Amerika bulan Juli mendatang,” ujarnya.
Yeheskiel menambahkan, coast guard dunia maupun Indonesia sama-sama bertugas menjamin keamanan maritim dan keselamatan. Khususnya di bidang penegakan hukum di negara masing-masing, dan juga kerjasama kawasan.
Dengan lebih memahami hukum laut internasional, para coast guard diharapkan lebih profesional dalam melaksanakan tugas sehari-hari. Ilegal fishing menjadi salah satu materi dalam pelatihan karena menyangkut kedaulatan negara. Khususnya di Indonesia. “Jangan sampai kedaulatan negara diinjak-injak, atau dipermainkan dengan pencurian itu,” jelasnya.
Berdasarkan data tahun 2018, tercatat ada 10 kapal ikan asing dan 8 kapal ikan Indonesia yang ditangkap Bakamla karena melakukan ilegal fishing. Jumlah ini terus menurun sejak 2016, yang saat itu berhasil ditangkap 35 kapal ikan asing dan 17 kapal ikan Indonesia.
Tahun 2017, yang ditangkap 23 kapal ikan asing dan 11 kapal ikan Indonesia. US Coast Guard, Capt. Sherman Lacey mengatakan, angkatan laut Amerika Serikat sangat senang bisa menjadi bagian dari acara TEW SEAMLEI bekerjasama dengan Bakamla RI.
Sebab, pihaknya bisa berbagi bagaimana cara menyelesaikan masalah kelautan di kawasan ASEAN yang tentunya tidak bisa diselesaikan sendiri. Namun harus ada koordinasi antar negara. “Kegiatan ini diselenggarakan oleh Indonesia dan disetujui oleh semua negara di ASEAN,” ujarnya.
Menurut Lacey, pihaknya membawa para ahli dari Amerika Serikat yang terkait dengan masalah antar negara dan antar kawasan. Mereka menjelaskan bagaimana AS menghadapi dan menyelesaikan berbagai masalah kelautan. “Kami berharap dengan kegiatan ini seluruh negara di ASEAN akan mampu berembug dan menghasilkan solusi bagi setiap masalah kelautan di kawasan ini,” pungkasnya. (Rindra Devita/balipost)