SEMARAPURA, BALIPOST.com – Sekilas, kehidupan Nyoman Kariasa, warga Banjar Bajing, Desa Tegak, Kecamatan Klungkung, nampak biasa saja. Namun, ketika melihat langsung kondisi keluarganya, sungguh memprihatinkan.
Mengenakan topi dan baju merah lusuh, dia memperlihatkan realitas kehidupannya yang begitu sulit. Di tengah gubuk sederhananya itu, dia harus merawat istri dan anak-anaknya.
Itu dia lakukan seorang diri, karena istrinya menderita lumpuh, sementara anak bungsunya menderita kanker darah atau leukimia sejak umur empat tahun. Ditemui di gubuk sederhananya itu, Minggu (30/6), Kariasa menutupi kehidupan menyedihkannya itu dengan selalu tersenyum. Dia berusaha ikhlas, atas musibah yang dialami keluarganya.
Musibah itu berawal tat kala anak bungsunya Kadek Sesariasa berumur empat tahun, mengalami panas tinggi yang tak kunjung sembuh. Setelah dilakukan kemoterapi dengan memeriksa tulang belakang, sang anak dikatakan positif menderita kanker darah, penyakit ganas yang mayoritas merenggut penderitanya, seperti yang dialami Ani Yudoyono. “Kondisinya sempat membaik, saat dia berumur tujuh tahun. Bahkan, sudah sekolah seperti biasa. Tapi karena kepedean, malah alami relaps (kambuh) lagi. Sampai sekarang masih dalam penanganan RSUP Sanglah,” kata Kariasa.
Penyakit leukimia ini membuat Sesariasa tak boleh kelelahan. Ini memaksanya tidak boleh banyak bergerak. Ini pula yang membuatnya sementara tidak bisa melanjutkan sekolah di SDN 3 Tegak.
Sehingga, dia benar-benar harus dalam pengawasan ketat orangtuanya. Bahkan, setelah obat masuk ke dalam tubuhnya, dia harus istirahat total selama 3-4 hari. “Kalau sudah mengeluh nyeri, maka harus segera dibawa ke Sanglah,” tutur Kariasa, yang kesehariannya hanya sebagai waker ini.
Untuk proses pengobatannya, dia menyampaikan sudah ditanggung BPJS. Tetapi, untuk biaya transportasi dan kebutuhan lain selama proses pengobatan, dia harus dibantu sejumlah kerabatnya, yang iba terhadap kehidupan Kariasa.
Terkadang, Kariasa juga sering dibantu masyarakat lain yang peduli terhadap kisah hidupnya. Sebab, dengan kondisi anaknya seperti itu, dia harus bolak balik RSUP Sanglah.
Dengan kesehariannya sebagai waker, jelas tidak cukup untuk memenuhi biaya-biaya itu. Belum lagi, anak sulungnya Luh Prastiani, juga butuh biaya tak sedikit, karena sudah duduk dibangku SMK TI Bali Global Klungkung.
Belum selesai mengurus sang anak, persoalan istri Kariasa, Wayan Sada, juga tak kalah serius. Dia mengalami lumpuh total sejak 10 tahun lalu.
Kondisinya makin parah, ketika sang anak mengalami leukimia. Kondisi demikian, membuatnya sehari-hari hanya bisa terbaring lemas di atas tempat tidur, yang di dalamnya dipenuhi perabotan rumah tangga.
Sudah beberapa kali diperiksakan ke RSUP Sanglah. Tetapi, belum diketahui penyebabnya. “Diagnosa dokter, katanya ada faktor genetika,” kata Kariasa.
Di tengah kondisi keluarga Kariasa, hidupnya semakin memprihatinkan ketika atap rumahnya dari seng sudah karatan dan bolong-bolong. Beruntung, sejumlah kerabatnya masih ada yang peduli, dan melakukan sedikit perbaikan untuk sedikit membuat hidup keluarga ini lebih nyaman di gubuk tersebut.
Kariasa berharap anaknya segera diberikan kesembuhan. Sebab, sebagaimana kata dokter, penderita leukimia bila bisa bertahan sampai 12 tahun, maka ada harapan memperoleh kesembuhan. Demikian juga terhadap kondisi istrinya, dia berharap ada kesembuhan, agar bisa bersama -sama lagi merawat Sesariasa sampai sembuh. (Bagiarta/balipost)