Ilustrasi. (BP/istimewa)

Orang Bali mengatakan mencari yang seken-seken (sungguh-sungguh – red) sangat sulit. Ini berhubungan kata hati dan kredibilitas seseorang.

Demikian juga dalam hal sensus penduduk. Data boleh cepat datang, namun apakah sudah dilakukan dengan tujuan dan penyelenggaraan yang sungguh-sungguh. Ini masih pertanyaan menggantung.

Sensus adalah salah satu metode pengumpulan data yang lazim digunakan dalam penelitian. Sensus memungkinkan peneliti untuk menghasilkan data yang sangat baik dan representatif terhadap kondisi yang sebenarnya. Sensus juga merupakan hal yang akrab bagi banyak orang. Hal ini dikarenakan setiap orang (secara teori) paling tidak pernah menjadi unit sensus, minimal sensus penduduk.

Banyak pengamat mengatakan, bila Anda tidak yakin bahwa Anda pernah menjadi unit sensus, Anda bisa mengecek jendela depan rumah Anda dan melihat apakah masih ada stiker sensus atau tidak. Kenyataannya, belum ada petugas mendata kita, stiker sudah tertempel di kaca jendela rumah. Lalu, apa yang didata dan ditulis? Inilah salah satu kelemahan sensus penduduk di negara kita.

Baca juga:  Inflasi Agustus Terendah 4 Tahun Terakhir, Denpasar Lampu Merah

Semuanya bermuara pada uang. Sekali dan dua kali petugas datang ke rumah tak ada penghuninya, mereka sudah ngambul dengan menulis secara rekayasa. Nah, ini yang berbahaya bagi negara. Negara yang sudah mengeluarkan uang untuk sensus penduduk tak mendapatkan data yang valid. Semua akan dirugikan.

Jangan menganggap remeh sensus yng direkayasa karena dewasa ini daerah sangat memerlukan data akurat. Bayangkan, semua jenis bantuan pusat ke daerah ditentukan berdasarkan jumlah penduduk.

Sedikit penduduk, sedikit juga bantuan mengalir. Daerah yang datanya salah dalam sensus dipastikan akan berpengaruh dalam merencanakan arah pembangunan.

Nah, kunci itu semua ada pada petugas di lapangan. Jika memang dia ditargetkan menemui semua penduduk di sebuah desa/banjar, tugasnya harus tuntas. Dia digaji oleh negara yang juga uangnya rakyat. Siang atau malam mereka harus mau melayani dan menemui penduduk.

Baca juga:  Investasi Sosial Calon Wakil Rakyat

Kedua, para pemimpin juga memberikan mereka hak yang memang seharusnya diterima. Tidak lagi ada pemotongan honor, apalagi mengurangi gaji mereka. Jika ini terjadi, petugas sensus sekadarnya bekerja. Yang rugi adalah negara memiliki data yang salah. Data yang salah membuat perencanaan dan solusi juga keliru. Nah, kita mau yang mana?

Jika berkaca dari landasan teoretis, sensus merupakan prosedur pendataan lengkap terhadap semua unit populasi tanpa kurang satu apa pun. Sensus memastikan seluruh unit populasi terdata secara lengkap tanpa terkecuali. Unit populasi ini bisa saja penduduk, usaha, mahasiswa, pekerjaan, dll. Populasi ini bisa saja sudah diketahui sebelumnya berdasarkan sumber data yang ada atau bisa saja tidak diketahui.

Dengan perkembangan TI, ada beberapa alternatif yang bisa digunakan seperti wawancara via telepon, SMS, ataupun aplikasi pengirim pesan lainnya. Nah, jika ini kita lakukan dipastikan kita akan mendapatkan data yang bias. Padahal, sensus penduduk dituntut akurasi tinggi.

Baca juga:  Menjaga Lingkungan dan Jalur Cepat Menuju Bali Utara

Dengan jumlah unit pendataan yang begitu besar, sensus mampu menghasilkan data yang sangat akurat dan tepat. Makanya sensus penduduk dilakukan dari rumah ke rumah. Ayo lakukan sensus penduduk 2020 dengan baik dan benar. Data sensus juga mampu menggambarkan karakteristik sebuah populasi hingga satuan populasi terkecil.

Kuncinya sekali lagi data yang tepat. Toh soal biaya sudah ditanggung negara. Sensus penduduk tahun 2010 memerlukan biaya hingga Rp 3,3 triliun. Bila dibagi dengan jumlah perkiraan penduduk, maka perkiraan biaya yang diperlukan untuk melakukan pendataan per penduduk adalah sekitar Rp 15.000. Nah, bagaimana sensus penduduk 2020, kita tunggu saja.

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *