Membaca itu penting. Bahkan sangat penting. Buku itu adalah gudang ilmu yang bisa membawa kita menuju masa depan yang lebih cemerlang. Hal inilah yang sering kali didengungkan para guru dulu.
Dalam era kekinian, hal semacam ini mesti tetap diingatkan, dilakukan, bahkan ditingkatkan. Namun, beberapa penelitian mengungkapkan, minat baca di kalangan siswa kita masih kalah jauh dibandingkan dengan masyarakat negara lain. Tidak mengapa. Tidak masalah, sepanjang hal ini dimaklumi dan kemudian diupayakan jalan keluar, solusi yang lebih solutif bagaimana keluar dari masalah ini.
Statistik tinggal statistik. Hanya mengingatkan, dan dijadikan tolok ukur bagaimana memperbaikinya dalam kurun waktu tertetu. Tentu saja ke arah yang lebih baik, bukan sebaliknya. Membaca adalah suatu kebiasaan yang tidak serta merta tumbuh begitu saja. Kita harus mengupayakannya, menyuburkannya, dan membinanya secara kontinu. Menumbuhkembangkan hal ini memang tidak mudah.
Semangat untuk membangun iklim literasi di kalangan generasi muda mesti dilakukan secara sinergis. Tidak hanya oleh kalangan akademisi, sekolah, kampus dan sebagainya. Tetapi juga oleh kalangan orangtua yang memang lebih banyak mendapatkan waktu bersama mereka.
Di tengah gempuran gadget serta informasi dunia maya yang tidak semuanya edukatif, maka tugas orangtua menjadi lebih sulit. Kemungkinan mereka menjadi generasi yang ‘’ileterasi’’ menjadi semakin terbuka. Ini akan membuat makin jauh dari lingkungan.
Sudah ada di depan mata dan banyak keluhan dari para orangtua, guru, serta kalangan lainnya. Belum ada langkah strategis membuat mereka beralih pada hal-hal yang lebih positif. Membiarkan mereka semakin asyik dan terasing dengan dunia maya tentu menjadi persoalan yang berbahaya. Bacaan yang bermutu serta bergizi saja tentu tidak cukup.
Mengombinasikannya dengan kemampuan serta potensi local genius di masing-masing daerah menjadi langkah yang barangkali sangat menjanjikan. Masing-masing daerah punya kekhasan, kekayaan, serta pengalaman hidup yang tentu sangat menarik untuk dikembangkan menjadi suatu ramuan serta olahan edukatif. Mereka akan menjadi sosok yang partisipatif dan evaluatif. Buku konvensional mungkin saja akan semakin tergeser oleh buku digital.
Hal ini tidak bisa dihindari. Tetapi kombinasi ini dengan kekayaan local genius serta local wisdon akan menjadi sangat menarik bagi mereka ketika kita bisa membuat semacam asupan menarik. Ini tentu saja sangat menarik.
Kreativitas serta inovasi juga semakin dituntut. Tidak hanya mereka, kita pun para orangtua tidak boleh monoton. Kita hendaknya menyelami dunia mereka. Pada batas-batas tertentu mungkin kita tidak bisa masuk. Pasti ada titik singgung, di mana kita bisa share bersama sehingga menjadikannya sebuah pertemuan yang berkualitas. Literasi yang bergizi, memang mesti masuk dari semua sisi.
Untuk itulah, gerakan membudayakan literasi hendaknya menjadi tanggung jawab semua pihak. Semua elemen hendaknya bisa menjadi contoh dalam membudayakan gerakan membaca. Kita harus yakin bahwa dengan membaca kita bisa membuka wawasan dan bisa menyikapi berbagai permasalahan dengan lebih arif. Mari budayakan literasi dengan memanfaatkan waktu secara efektif.