SINGARAJA, BALIPOST.com – Topografi wilayah Buleleng yang berbukit membuat 17 desa di daerah ini rawan terjadi kerisis air bersih akibat kemarau panjang. Belasan desa yang terdampak kemarau panjang itu karena mengecilnya debit dari sumber mata air baku yang sebelumnya dikelola untuk memenuhi keperluan warga.
Bahkan, beberapa lokasi sumber mata air baku di kawasan hutan lindung saat ini mati total, sehingga melumpuhkan pelayanan air minum yang dikelola desa bersangkutan. Data dikumpulkan di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Buleleng, Kamis (4/7), sebanyak 17 desa yang rawan mengalami krisis air bersih menyebar di Kecamatan Tejakula yakni Desa Tembok, Sambirenteng, Pacung, Sembiran, dan Desa Penuktukan.
Sementara di Kecamatan Kubutambahan dua desa rawan krisis air masing-masing Desa Bukti dan Bengkala. Desa Selat Kecamatan Sukasada juga masuk daerah rawan mengalami krisis air bersih menginjak kemarau panjang tahun ini.
Sedangkan, di Kecamatan Banjar ada enam desa yakni Cempaga, Tigawasa, Pedawa, Sidatapa, Tampekan, dan Desa Kaliasem warganya rawan kesulitan air bersih. Krisis ai bersih juga rawan terjadi di Desa Pangkung Paruk, Kecamatan Seririt, Desa Banyupoh, Kecamatan Gerokgak, dan Desa Pelapuan, Kecamatan Busungbiu.
Kepala Pelaksana BPBD Ida Bagus Suadnyana, Kamis (4/7) mengatakan, desa yang rawan mengalami krisis air bersih itu berdasarkan pengalaman dalam musim kering tahun-tahun terdahulu. Selama ini belasan desa tersebut mengandalkan pasokan air bersih dari sumber mata air baku di kawasan hutan lindung di wilayah desa bersangkutan.
Teknis pengelolaannya dilakukan dengan teknik gravitasi. Menginjak kemarau panjang seperti sekarang, debit air dari sumbernya itu mulai mengecil.
Bahkan, dari pengamatan personel Posko Siaga Bencana menyebut ada sumber mata air baru yang dikelola sudah mati total karena pengaruh kemarau. Situasi ini membuat, krisis air bersih ini tidak dapat dihindari. “Dari pengalaman dampak kekeringan tahun-tahun sebelumnya itu ada 17 desa yang rawan krisis air bersih. Dari perhitungan kasar dari semua desa itu ada sekitar 4.500 kepala keluarga (KK) warga kita yang terdampak krisis air bersih saat kemarau panjang ini,” katanya.
Menurut mantan Camat Buleleng ini, membantu warga kesulitan air bersih karena kemarau panjang, BPBD sejauh ini sudah mengambil langkah antisipasi dengan menyiagakan mobil tangki air bersih. Seperti pengalaman tahun-tahun sebelumnya, warga yang kesulitan air bersih akan dibantu dengan pengiriman air tangki.
Selain dari mobil tangki, BPBD juga mengisi bak penampungan (resevoar) yang ada di desa yang mengalami krisis air bersih. Menambah kesiapan layanan air tangki, BPBD berkordinasi dengan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Buleleng menambah armada mobil tangki air bersih untuk memenuhi kalau terjadi peningatan permintaan air bersih. “Mobil tangki sudah siap dan kalau ada permohonan personel Posko Siaga bencana akan bergerak memasok air tangki. Sekarang memang belum ada, namun kami siap kapanpun ada permintaan akan dikirim termasuk mengisi bak-bak resevoar di desa yang rawan krisis air bersih akan kami cover,” jelasnya. (Mudiarta/balipost)