BANGLI, BALIPOST.com – Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli saat ini tengah melakukan pendataan dan klarifikasi lapangan terkait kasus stunting di wilayah Bangli. Hal ini dilakukan menyusul adanya hasil survey pusat yang menyebutkan Bangli menduduki peringkat ketiga kasus stunting terbanyak di Bali.
Kabid Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Bangli, I Nyoman Arsana mengatakan survey tersebut dilakukan Kementerian Kesehatan bekerjasama dengan pihak ketiga pada 2018. Survey dilakukan dengan metode sampling terhadap bayi di bawah usia lima tahun (balita) di beberapa desa. Dari hasil survey, 28 persen balita di Bangli dinyatakan stunting.
Karena sanksi terhadap hasil survey tersebut, pihaknya pun turun ke lapangan melakukan klarifikasi terhadap balita yang nama dan alamatnya tercantum pada hasil survey. Klarifikasi dilakukan melibatkan seluruh petugas puskesmas.
Hasilnya, didapati jumlah balita terkategori stunting masih di bawah 20 persen. Dijelaskannya saat dilakukan klarifikasi ke lapangan, beberapa balita yang namanya tercantum dalam survey, pertumbuhannya normal. “Kemungkinannya apakah setahun lalu dia memang stunting namun setelah kami lakukan intervensi dan bisa membaik, atau ada salah ukur,” ungkapnya.
Arsana lebih lanjut menjelaskan bahwa stunting tidak sama dengan cebol. Dalam kasus stunting pertumbuhan tinggi anak tidak sesuai dengan standar tinggi usianya.
Stunting pada balita, menurutnya, masih bisa diperbaiki dengan perbaikan gizi. Ditambahkannya bahwa nantinya data yang diperoleh dari hasil klarifikasi di lapangan akan dipakai laporan dan arsip. (Dayu Swasrina/balipost)