puasa
Penjual bahan pangan di pasar tradisional. (BP/dok)

DENPASAR, BALIPOST.com – Bank Indonesia Kantor Perwakilan (KPw) Provinsi Bali telah melakukan upaya antisipasi inflasi menjelang hari besar keagamaan Hindu yaitu Galungan dan Kuningan yang jatuh akhir Juli nanti. Sebab, dari pengalaman tahun-tahun sebelumnya, hari besar memicu kenaikan harga sembako yang menyebabkan inflasi.

Antisipasi yang dilakukan untuk menjaga inflasi adalah keterjangkauan harga, memastikan ketersediaan stok dan kelancaran distribusi. Kepala BI KPw Bali Causa Iman Karana mengatakan, inflasi Juni lebih rendah dibandingkan Mei (mtm) dan penyebab utama inflasi di bulan Juni adalah volatile food.

Baca juga:  Ramadan dan Lebaran, Trafik Data XL Axiata Naik Segini

Inflasi Bali pun masih di bawah inflasi nasional. Sementara itu prediksi inflasi Juli yaitu 1,70 persen – 2,10 persen (yoy) dan secara mtm inflasi Juli yaitu 0,20 persen – 0,40 persen. Menurutnya, perayaan Galungan dan Kuningan tidak banyak berdampak terhadap inflasi di Bali. “Inflasi di Bali sampai Juni masih aman,” ujarnya.

Pada Juni lalu justru yang menjadi kekhawatiran BI adalah kenaikan harga tiket pesawat udara. Terkait hal itupun pihaknya sudah melakukan upaya-upaya, namun yang terjadi justru inflasi di angkutan darat. Ini membuktikan ada perubahan pola masyarakat sudah beralih ke angkutan darat.

Baca juga:  Resesi Global Mengancam, Dirut BRI Tegaskan Komitmen Dorong Pertumbuhan Ekonomi

Meskipun Galungan dan Kuningan tidak terlalu berdampak terhadap inflasi, namun BI tetap melakukan antisipasi terkait keterjangkauan harga, ketersediaan barang dan kelancaran distribusi, dan komunikasi.

Mengingat pengalaman sebelumnya penyumbang inflasi yaitu dari komponen volatile food, BI juga mengantisipasi dengan pengaturan pola tanam. Namun diakui ini perlu kebijakan dan pengaturan di tingkat pusat, karena volatile food distribusinya antar daerah. “Pola tanam juga menjadi salah satu hal yang kita dorong juga. Misalnya bawang, jangan pada saat musim tertentu, petani semua menanam bawang, diselingkanlah. Misalnya di Tegal, Jawa lagi panen, mungkin kita tidak usah menanam dulu,” ujarnya.

Baca juga:  Pariwisata Dibuka Kembali, Angka Pengangguran Badung Masih Tinggi

Pada saat di lokasi lain musim hujan, barulah petani di Bali menanam. “Itu yang kita harapkan, cuma itu perlu koordinasi di level atas. Jika distribusinya antar daerah, harus koordinasi Bima, Tegal, Songan,” bebernya.

Upaya pengaturan pola tanam tersebut dikatakan sudah disampaikan kepada tim pusat agar berperan memantau pola tanam. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *