Kain songket menggunakan benang sutra dan pewarna alami dipasarkan di stand PKB 2019. (BP/dok)

DENPASAR, BALIPOST.com – Bahan benang sutra diwarnai pewarna alami, kain songket banyak dilirik masyarakat, utamanya kaum perempuan. Tak heran jika harga jualnya mahal.

Selembar kain songket sutra ini dihargai Rp 9 juta hingga Rp 15 juta, tergantung dari kerumitan motifnya. Perajin kain songket I.A. Ngurah Puniari dari Banjar Gede Batuan Sukawati, Gianyar menyampaikan, bahan baku benang sutra diperoleh dari Klungkung.

Selanjutnya sang suami, I.B. Made Adnyana, akan melakukan pewarnaan benang-benang ini menggunakan bahan pewarna alami. Warna merah dibuat dari mengkudu, warna cokelat dari pohon mandep dan biru dari daun tarum.

Baca juga:  Seniman Patung Tradisi Bali Berkurang, Ancaman bagi Roh Gumi Bali

Benang-benang sutra yang sudah diwarnai ini selain ditenun sendiri, juga penenun asal Sidemen, Karangasem. Motif yang diambil untuk kain songket sutra ini dominan tokoh-tokoh pewayangan.

Pengerjaannya bisa mencapai seminggu bahkan sampai sebulan lebih sesuai dengan kerumitan motifnya. ‘’Ada yang sampai tiga bulan pengerjaannya. Harganya untuk ini mencapai Rp 15 juta dan sudah laku,’’ ujar Puniari saat ditemui di stan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-41.

Baca juga:  Dari Sejumlah Tiang PJU di Bangli Kini Tergeletak hingga Wisatawan China Meninggal

Ongkos menenun juga disesuaikan dengan lama tenun dan tingkat kerumitan motifnya. “Rata-rata perajin kami berikan Rp 3,5 juta untuk hasil tenunnya,” ujarnya.

Sementara kain songket sutra ini awalnya hanya dibeli oleh wisatawan asal Amerika, Jepang dan Belanda, namun lama-kelamaan masyarakat lokal pun mulai melirik kain ini. Sebab, selain teksturnya ringan, kain ini pula memiliki cici-ciri sendiri per helainya. (Wira Sanjiwani/balipost)

Baca juga:  Sunari, Salah Satu ‘’Uparengga’’ Yadnya
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *