DENPASAR, BALIPOST.com – Tim medis RSUP Sanglah telah melakukan pemeriksaan ekokardiografi pada bayi kembar siam asal Buleleng. Hasilnya, keduanya memiliki jantung, denyut nadi (denyut jantung) sendiri, tekanan darah dan sirkulasi aliran darah juga dimiliki masing–masing.
“Dari gambaran foto rontgen biasa dan ekokardiografi, nampaknya jantungnya terpisah. Itu terlihat dari gerakan dari ekokardiografi. Cuma yang jadi satu, pembungkus jantungnya. Sehingga itu perlu tindakan khusus, bagaimana kita menyelamatkan kedua bayi itu,” ungkap Dr.dr. I Ketut Sudartana, Sp.B –KBD., Direktur Medik dan Keperawatan RSUP Sanglah didampingi dokter penanggung jawab pasien sekaligus Kepala Instalasi Ruang Rawat Inap B (ibu dan anak) RSUP Sanglah dr. I Wayan Dharma Artana, Sp.A (K), Selasa (9/7).
Sampai hari keenam, berdasarkan rapat tim, RSUP Sanglah akan berproses melakukan stabilisasi pasien. Jika kondisinya bagus, baru kemudian dilanjutkan dengan fase diagnosis.
Fase diagnosis ini meliputi pemeriksaan CT Scan dan angiografi untuk melihat kondisi organ. Kemudian baru dipersiapkan upaya pemisahan. Menurutnya, jika hasil stabilisasi bagus maka akan menentukan kualitas hidup bayi ke depannya. Sehingga ia berupaya melakukan stabilisasi secara optimal.
Hingga hari keenam ini, dikatakan, kondisinya stabil dengan suhu badan normal, toleransi minum ada, sirkulasi tekanan darah juga stabil. Tim medis RSUP Sanglah juga sudah mulai melakukan transportasi ASI dari ibu bayi.
Setelah kondisi umumnya baik, dilanjutkan dengan pemeriksaan khusus yang dilakukan di luar NICU. Mengingat bayi saat ini tidak boleh keluar dari NICU, pemeriksaan belum bisa dilakukan. Sedangkan pemeriksaan ekokardiografi bisa dilakukan karena menggunakan alat portable yang langsung bisa dilakukan di ruang NICU, tanpa memindahkan bayi.
“Kita mempunyai harapan dia masih bisa kita stabilisasi dengan lebih optimal, karena tidak bergantung dengan satu bayi karena ada dua jantung. Untungnya bagus pasien ini, artinya dia bisa melakukan sirkulasi masing-masing. Kalau dia jantungnya satu tentu akan terganggu transportasi oksigennya,” imbuh Dharma Artana.
Secara keilmuan, saat ini bayi belum bisa dilakukan operasi. Syarat untuk melakukan operasi adalah bayi berusia minimal 10 minggu, Hb stabil, berat badan 10 pon dan kondisi umum bayi baik. (Citta Maya/balipost)