BANGLI, BALIPOST.com – Petani ikan di wilayah Danau Batur kini was-was. Sebab, kehidupan ikan yang dibudidayakan dalam keramba jaring apung (KJA) kini terancam.
Terancamnya kehidupan ikan budidaya ini karena Danau Batur kembali menyemburkan belerang. Seorang petani ikan di Desa Kedisan, Ketut Jembawa, Minggu (14/7), mengungkapkan, semburan belerang sudah terjadi sejak Sabtu (13/7) malam.
Tanda-tanda munculnya semburan belerang terlihat dari adanya perubahan warna pada air danau. Ia mengatakan semburan belerang di Danau Batur merupakan fenomna alam yang rutin terjadi setiap tahun pada Juli hingga Agustus.
Pengalamanan tahun sebelumnya, biasanya semburan belerang terjadi paling lama sepekan, atau paling cepat tiga hari. Meski sudah menjadi fenomena rutin, Jembawa mengaku tetap saja khawatir.
Ia khawatir ikan yang kini dipeliharanya di KJA banyak mati, seperti pengalaman tahun lalu. Untuk mengantisipasi terjadinya kematian ikan secara sporadis, ia saat ini memilih untuk tidak memberikan makan ikan sebelum fenomena semburan belerang berakhir. “Paling tidak seminggu tidak diberi makan. Kalau diberi makan, saya khawatir ikannya turun ke dasar danau dan itu menyebabkan potensi kematian ikan besar,” jelasnya.
Menurutnya, meski tidak diberi makan, ikan di KJA masih bisa tetap bertahan hidup. “Yang berpengaruh hanya perkembangannya,” ujarnya.
Ia menambahkan potensi kematian ikan lebih besar terjadi pada usia 4-6 bulan. Pada usia tersebut, ikan sudah siap dipanen. Sementara ikan di bawah 4 bulan potensi kematiannya lebih kecil karena ikan tersebut lebih sering berada di permukaan.
Adanya semburan belerang di Danau Batur juga diungkapkan petani ikan lainnya di Desa Buahan, Made Antara. Ia mengatakan semburan belerang yang diketahui terjadi sejak Sabtu (13/7) malam awalnya muncul di kawasan Kedisan dekat dermaga. Kemudian menyebar ke Buahan.
Antara mengatakan hingga Minggu, semburan belerang tidak begitu parah. “Kalau anginnya seperti sekarang, rasanya dua hari saja belerangnya sudah hilang,” ujarnya.
Untuk mengantisipasi banyaknya kematian ikan akibat belerang, pria yang juga Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kabupaten Bangli mengaku telah mengurangi kepadatan KJA. Jika biasanya satu lobang KJA diisi hingga 1.000 ekor bibit ikan, jelang bulan-bulan munculnya semburan belerang dikurangi menjadi 400 ekor bibit. “Untuk memperkecil risiko kematian ikannya,” imbuhnya. (Dayu Swasrina/balipost)