Megawati menyaksikan Agung Bharata madiksa. (BP/istimewa)

GIANYAR, BALIPOST.com – Anak Agung Gde Agung Bharata akhirnya melangsungkan prosesi mediksa di Merajan Puri Agung Gianyar pada Purnama Kasa, Selasa (16/7). Dalam upacara itu turut hadir pula Presiden kelima Republik Indonesia, Megawati Soekarnoputri.

Bahkan putri dari proklamator itu mengikuti prosesi masegeh agung. Presiden kelima RI dengan nama lengkap Dr. Hj. Dyah Permata Megawati Setyawati Soekarnoputri itu, tiba di Puri Agung Gianyar sekitar pukul 11.00 Wita. Turun dari mobil, ibu dari Muhamad Prananda Prabowo ini langsung mengikuti prosesi masegeh agung tersebut, dengan upakaranya berupa banten peras ajuman.

Selanjutnya Megawati bersama rombongan disambut dengan Tari Panyembrahma, dan menuju merajan puri untuk menemui Anak Agung Gde Bharata yang sedang mengikuti upacara padiksan. Sementara Anak Agung Gde Agung Bharata menyempatkan diri sungkem dihadapan Megawati untuk memohon doa restu.

Baca juga:  Ditabrak Sepeda Motor, Pelajar Alami Patah Tulang

Setelah itu ia menyampaikan rasa terimakasihnya kepada Megawati karena turut mendoakan kelancarannya menjadi Bhagawan. Dalam kesempatan itu, pemangku pemuput upacara masegeh agung, Jero Mangku Dewa Putu Raka menjelaskan bahwa masegeh agung merupakan upacara yang diperuntukkan untuk seseorang agar diberikan keselamatan dalam mengikuti kegiatan yang bersifat sakral.

Selain itu masegeh agung juga sebagai upaya menetralisir adanya gangguan secara niskala. Selain itu masegeh juga merupakan sebagai pemberian laban kepada bhuta. “Segeh agung ini untuk memberikan laban segan untuk pengiring Ibu Megawati yang secara niskala, atau pengiringnya yang tidak kelihatan. Itu diberikan laban dengan tujuan selama melakukan kegiatan di puri tidak ada halangan dan berjalan sesuai rencana,” ungkapnya.

Baca juga:  Dugaan Korupsi di LPD Desa Adat Belumbang, 1 Tersangka Ditetapkan dan Ditahan

Sementara itu Ida Nabe Pedanda Jelantik Wayahan Dauh, menjelaskan mantan Bupati Gianyar, Anak Agung Gde Agung Bharata merupakan nanaknya yang ketiga. Sehingga setelah selesai dilakukan prosesi padiksan dan ditetapkan oleh Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Gianyar, namanya akan resmi berubah menjadi abiseka Ida Bhagawan Blebar Gianyar.  “Sementara sekarang hanya madwijati biasa, selanjutnya akan mengikuti proses belajar. Seperti landasan sastra yang saya gunakan yaitu tiga hari setelah upacara ini nangkil ke gria ngaturang jauman ke nabe,” ungkap Pedanda asal Gria Pratipa Manuaba, Desa Siangan, Gianyar tersebut.

Baca juga:  Belasan Warga Jepang "Mediksa"

Ida Nabe menyampaikan, selama tiga hari tersebut nanak akan diberikan aga patra yang berupa manik puja maupun dana puja. Hal ini bertujuan untuk mengasah ilmu dan sebagai pegangan kedepannya menjalani kehidupan sebagai Bhagawan berupa doa dan pantangan-pantangan. “Sudah jelas pantangannya sebagai seorang wiku kita diikat oleh sesana pawikuan. Mulai dari berpikir, berkata, dan berbuat sesuatu itu harus manut dengan sesana. Sesana manut lungguh, lungguh manut sesana. Termasuk makanan, duduk, dimana sebaiknya duduk. Intinya untuk memperjuangkan kesucian,” tandasnya. (Manik Astajaya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *