GIANYAR, BALIPOST.com – Pascademo yang berlangsung Jumat (19/7) lalu, pemilik Koperasi Serba Usaha (KSU) Dana Asih tidak diketahui keberadaannya hingga Minggu (21/7). Dinas Koperasi (Diskop) Kabupaten Gianyar tak bisa berbuat banyak, padahal para nasabah koperasi ini kehilangan uang miliaran rupiah.
Kepala Diskop Kabupaten Gianyar Dewa Mahayasa mengaku ikut melakukan pemantauan terhadap KSU Dana Asih yang berlokasi di Banjar Negari, Desa Singapadu Tengah, Kecamatan Sukawati. Ia sudah mengetahui masalah yang membelit koperasi tersebut sejak beberapa bulan lalu atas informasi dari aparat desa setempat.
Sebagai tindak lanjut, pihaknya langsung melakukan pertemuan dengan pengurus dan anggota koperasi pada 14 Mei 2019. Kala itu sudah disepakati membentuk tim penyelesaian. Selanjutnya guna memantau progres tim penyelesaian, Diskop kembali mengundang pengurus dan tim penyelesaian pada 18 Juni. “Kami undang pengurus dan tim penyelesai ke Dinas Koperasi ternyata keduanya tidak datang. Pada 5 Juli kami lagi mengundang ke kantor, hanya ketua koperasi yang hadir menyatakan bertanggung jawab dan masih menunggu penjualan aset pribadinya. Dinas Koperasi selaku fasilisator menyarankan permasalahan ini jangan berlarut-larut, segera dituntaskan,” ujarnya.
Sementara itu, di rumah I Made Jaya Antara hanya tampak pihak keluarga. Mereka tidak tahu di mana keberadaan pemilik KSU Dana Asih itu, seperti diakui Anik, salah seorang anak perempuan I Made Jaya Antara. “Mau cari bapak? Bapak tidak di rumah,” katanya.
Anik mengungkapkan, orangtuanya pulang sebentar untuk sembahyang, lalu pergi lagi. Hal ini sudah dijalani orangtuanya sejak beberapa bulan terakhir. ” Sempat pulang, pas odalan sembahyang. Lalu pergi lagi, tidak tahu di mana,” kilahnya.
Ia mengaku tidak tahu persis mengenai masalah yang dihadapi oleh ayahnya. Sepengetahuannya, sang ayah tengah berusaha mengembalikan dana nasabah. “Bapak sedang berupaya cari uang untuk mengganti,” sebutnya.
Menurut Anik, hanya orangtuanya yang tidak ada di rumah. Dirinya dan adik laki-lakinya beraktivitas peserta biasa termasuk kuliah dan sekolah. Terlebih akhir-akhir ini, Anik dibantu neneknya harus mempersiapkan keperluan hari raya Galungan.
Dikonfirmasi terpisah, Bendesa Pakraman Negari I Wayan Latra mengatakan, sejak beberapa bulan ini Jaya Antara nyaris berhenti ngayah adat secara fisik. Urunan adat tetap dibayar sesuai ketentuan yang berlaku. “Seperti waktu odalan pas Tumpek Uduh, dia tidak ngayah tapi tetap urunan,” jelasnya.
Ia tidak menyangka salah satu kramanya bermasalah. Sebab, dari penampilan luar, Jaya Antara dikenal baik. “Dulu pernah sebagai pegawai LPD Negari. Lalu dipercaya mengelola koperasi sehingga di LPD ditugaskan menjadi pengawas,” tandasnya. (Manik Astajaya/balipost)