Jokowi bersalaman dengan Prabowo Subianto (kiri) saat bertemu Sabtu (13/7/2019). (BP/ant)

Pertemuan antara Joko Widodo dan Prabowo Subianto, sungguh merupakan peristiwa politik dan sosial yang penting bagi Indonesia. Meskipun pertemuan itu telah berlangsung beberapa hari lalu, akan tetapi bagi kita peristiwa tersebut merupakan kejadian yang harus dicatat dan diingat oleh bangsa Indonesia.

Banyak yang menyebutkan bahwa pertemuan itu merupakan titik balik dari ketegangan yang terjadi selama Pemilu 2019. Kita sepakat dengan pernyataan ini. Tetapi kalau kita boleh sebut, bukan sekadar pemilu tahun 2019, juga merangsek ke belakang sampai tahun 2014. Ya, pertemuan itu sekaligus mampu menurunkan tekanan persaingan politik sejak tahun 2014.

Kita merasakan sekarang hasil pertemuan tersebut. Minimal dari perasaan masyarakat yang kita tangkap dari perbincangan-perbincangan publik yang menyatakan lega setelah pertemuan itu terjadi. Apa yang menjadi pesan dari pertemuan ini? Pesan pertama adalah bahwa memang benar rakyat tertekan sebelumnya.

Bagaimanapun, persaingan antar-elite politik itu akan menekan perasaan psikologis masyarakat. Dikaitkan dengan sejarah, berbagai konflik berdarah pada masa lalu, dimulai dari adanya persaingan politik, yang melekat pada elite politik.

Baca juga:  Menciptakan Suasana Kondusif di Masyarakat

Jadi, pertemuan antara dua tokoh itu langsung berpengaruh pada perasaan psikologis masyarakat. Alangkah bergunanya pertemuan antar-elite di Indonesia untuk menekan perbedaan-perbedaan pandangan yang ada. Kedua, ada gambaran konflik dan perdamaian di Indonesia, tergantung dari elitenya.

Jika elite yang berkonflik, masyarakat ikut terbelah dan jika konflik antar-elite itu tidak ada, maka stabilitas dan damailah yang ada di masyarakat. Tentu kita menginginkan stabilitas dan perdamaian yang hidup di masyarakat.

Kita mengharapkan apa yang terjadi antara Joko Widodo dengan Prabowo Subianto tersebut, mampu memberikan inspirasi perdamaian di struktur politik di bawahnya. Kita berharap arus perdamaian itu mengalir ke bawah, bukan saja kepada para politisi atau partai politik, tetapi juga kepada masyarakat yang lain.

Baca juga:  Waspada dan Tanggap Bencana

Kita tahu, masyarakat Indonesia masih banyak yang terlibat konflik pada akar rumput. Ini misalnya terjadi di desa-desa, antarkelompok di desa-desa atau antar-RT di perkotaan. Inspirasi memang diperlukan oleh masyarakat untuk menghindari pertumpahan darah. Sering kali konflik pada akar rumput berakhir dengan pertumpahan darah.

Dengan adanya pertemuan ini, kita pesankan kepada politisi-politisi muda Indonesia yang kelak akan berkompetisi lima tahun mendatang, atau tahun mendatang untuk kepala daerah, mulailah dicerna apa arti sportivitas dalam berpolitik. Sportivitas dimulai dari pemahaman tentang apa itu kompetisi dan hakikat yang ada di baliknya.

Persiapkanlah segala amunisi untuk berkompetisi. Kecakapan berkompetisi politik tidak salah dimulai dari sekarang, termasuk juga uang. Kemudian ketika berkompetisi, haruslah pula siapkan mental untuk menerima kekalahan maupun kemenangan. Ini harus dilakukan sejak sekarang agar kelak tidak menimbulkan kegaduhan ketika menerima kenyataan sebagai kandidat yang kalah.

Baca juga:  Cara Cerdas Menguji Calon Pemimpin

Khusus kepada calon presiden atau mereka yang berminat untuk itu, persiapan harus dilakukan benar-benar dari sekarang. Lima tahun bukanlah waktu yang lama untuk menunggu. Jika waktu lima tahun itu dibagi secara sistematis, sungguh merupakan waktu yang pendek untuk berkompetsi menjadi presiden.

Salah satu contoh misalnya, mempersiapkan mental itu paling tidak diperlukan satu tahun. Empat tahun sisanya dibagi untuk persiapan pemetaan kekuatan politik dan modal keuangan. Jadi, sangat singkat. Demi stabilitas nasional, sekali lagi persiapkanlah diri dari sekarang.

Bagi Joko Widodo, seperti yang sudah sering diungkapkan di media massa, persatuan Indonesia merupakan modal dasar untuk membangun Indonesia pada masa depan. Maka, setelah konflik diakhiri atau pertemuan dengan Prabowo sudah berhasil dilakukan, persiapkanlah tenaga dan waktu untuk konsentrasi memilih menteri dan kemudian dengan kabinet itu melakukan langkah kebijakan untuk memimpin Indonesia.

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *