Perwakilan dari Pemprov Bali melakukan bakti penganyar ke Pura Mandara Giri Semeru Agung. (BP/istimewa)

BANYUWANGI, BALIPOST.com – Hari mulai gelap saat tiga bus yang mengangkut rombongan Pemprov Bali tiba di Pura Mandara Giri Semeru Agung, Lumajang, Jawa Timur, Sabtu (20/7). Rombongan yang terdiri dari Sekda Provinsi Bali Dewa Made Indra, seluruh kepala OPD dan sejumlah pegawai di lingkungan Pemprov Bali, serta Ketua PHDI Bali I Gusti Ngurah Sudiana langsung bergegas masuk ke pura. Di sana rombongan disambut Manggala Karya yang juga Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati.

Pria yang akrab disapa Cok Ace ini sudah 7 hari stand by di pura yang terletak di Dusun Sumber Agung, Desa Senduro, Kecamatan Senduro, Lumajang. Karya tahun ini merupakan karya ke-27 sejak tahun 1992.

Menurut Purana yang ada, setiap tahunnya memang dilaksanakan piodalan. Kemudian, setiap lima tahun sekali digelar Karya Ida Batara Turun Kabeh, Tawur Agung dan Labuh Gentuh. “Sekarang adalah putaran yang lima tahun sekali, yang putaran 10 tahun sekali adalah Karya Panca Wali Krama. Itu biasanya memakai 13 kerbau,” ujarnya.

Menurut Cok Ace, puncak Karya Ida Batara Turun Kabeh, Tawur Agung dan Labuh Gentuh telah berlangsung pada 16 Juli lalu bertepatan Purnama Sasih Kasa dan akan masineb 26 Juli mendatang. Teknis pelaksanaan karya dari tahun ke tahun sudah terus berkembang. Jika dulu hampir 100 persen pekerjaan ditangani di Bali, sekarang sekitar 40 persen sudah bisa ditransfer dan dikerjakan oleh umat Hindu setempat.

Baca juga:  Mudik Seru Menpar Arief Yahya Berujung Manis di Diaspora Banyuwangi

‘’Tentang bhakti panganyar, memang sudah merupakan kesepakatan sejak awal pura ini didirikan. Pada waktu itu antara Gubernur Bali, PHDI Pusat, dan PHDI Bali melihat pangemong di sini tidak sebanyak kita di Bali,’’ imbuhnya.

Itu sebabnya, lanjut Cok Ace, pemerintah provinsi dan kabupaten/kota se-Bali setiap tahunnya tetap mempertahankan tradisi menghaturkan bhakti panganyar. Kendati, pihaknya juga berupaya melibatkan kabupaten/kota di Jawa Timur. Di antaranya Batu, Jember, Situbondo, Sidoarjo, Surabaya, Malang, Jombang, Blitar, Kediri, Probolinggo, Tulungagung, Trenggalek, Banyuwangi, Mojokerto, Gresik, Madiun, Pasuruan, dan Lumajang sendiri.

‘’Jadi sudah ada akulturasi budaya antara Hindu di Bali dengan Hindu di Jawa Timur. Mudah-mudahan dengan cara seperti ini, lambat laun nanti Pura Semeru mempunyai pola tersendiri yang sesuai dengan kearifan lokal di sini,’’ harapnya.

Baca juga:  Penerbangan Jakarta-Banyuwangi Dibuka Juni

Di luar masalah spiritual, Cok Ace melihat komunikasi sosial juga sudah berjalan sangat bagus. Baik dengan datangnya bupati/wali kota se-Bali bersama para bendesa maupun masyarakat dan pemerintah setempat yang dinilai responsif dengan kehadiran pura. Bupati dan Wakil Bupati Lumajang disebut hadir saat karya berlangsung, dan mendengarkan apa yang menjadi persoalan di pura. Misalnya terkait parkir, Bupati Lumajang yang hadir saat puncak karya langsung meninjau lokasi yang kemungkinan bisa dikembangkan untuk parkir.

“Jadi sangat responsif, bahkan sekarang kita lihat di bawah diperlebar lagi jalan yang menuju ke sini. Jadi, pemerintah dan masyarakat melihat manfaatnya dari adanya pura di sini, bagaimana meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian masyarakat di Kecamatan Senduro, sangat pesat sekali,” paparnya.

Sementara itu, Sekda Provinsi Bali Dewa Made Indra mengatakan, keberadaan Pura Mandara Giri Semeru Agung memiliki makna spiritual yang sangat penting bagi Bali. Oleh karena itu, pemda dan masyarakat Pulau Dewata wajib hukumnya ngaturang bhakti kepada Ida Batara yang berstana di pura ini.

Baca juga:  Anggota DPRD Klungkung Meninggal saat Kunker, Ini Pesannya Semasa Hidup

Terlebih lagi pemda yang memiliki tugas utama menyejahterakan rakyat. Tidak hanya lewat pembangunan secara sekala, tetapi juga niskala. “Pemerintah di bawah kepemimpinan Pak Koster dan Pak Cok Ace melalui visi ‘Nangun Sat Kerthi Loka Bali’ terus menggencarkan akselerasi pembangunan secara sekala dan juga tetap secara niskala. Ngaturang bhakti penganyar ini adalah upaya-upaya dalam konteks niskala, spiritual, untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat,” ujarnya.

Dewa Indra meyakini, seluruh upaya sekala untuk membangun dan mewujudkan kesejahteraan rakyat belum tentu akan berhasil kalau Ida Batara tidak memberikan wara nugraha-nya.

Bhakti panganyar rombongan Pemprov Bali di-puput oleh Ida Pedanda Mas Dwija Putra dari Geria Mas Taman Sari, Baturiti, Tabanan. Mewakili Gubernur Bali, Sekda Dewa Indra juga menyerahkan dana punia kepada panitia karya. Sebelum bertolak ke Lumajang, rombongan Pemprov Bali juga menyempatkan untuk tangkil ke Pura Agung Blambangan, Banyuwangi di siang harinya. (Rindra Devita/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *