DENPASAR, BALIPOST.com – Ekspor tuna sempat mengalami pertumbuhan yang menggembirakan bahkan menjadi kontributor ekspor utama bagi Bali. Peluang ekspor perikanan, khususnya tuna, sebenarnya masih terbuka, terutama ke Jepang karena negara ini mengonsumsi produk perikanan dalam jumlah besar.

Menurut Causa Iman Karana yang dipercaya sebagai Chief Representative Bank Indonesia di Tokyo, Selasa (23/7), pihaknya akan berupaya membangkitkan kembali ekspor tuna ke negara berjuluk Negeri Matahari Terbit itu. Pak Cik, demikian ia akrab disapa, mengatakan ekspor tuna ini bisa disuarakan lagi sehingga terjadi peningkatan volume. “Kita bisa suarakan lagi itu, digalakkan lagi seperti dulu,” ujarnya saat berpamitan ke Kantor Bali Post.

Cik yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan (KPw) Bali ini mengutarakan penurunan ekspor tuna ke Jepang karena ada penyuplai lain selain Bali. “Tuna ini kan tidak hanya dari Bali saja tapi bisa dari Maluku, bisa dari perairan di Indonesia timur,” ungkapnya.

Baca juga:  Gubernur Koster Bangga Aksara Bali akan Mendunia

Namun tuna -tuna dari daerah lain itu aksesnya melalui Bali. Akses inilah yang menjadi keuntungan dan peluang bagi Bali. “Tapi akses ini jika tidak dimanfaatkan dengan baik, sayang. Lama-lama nanti si cargonya, pengangkutnya ini, juga tidak ada muatan, bisa-bisa ditutup. Sebaiknya kita mulai lagi ekspor ikan-ikan itu, tuna dan sebagainya,” ujarnya.

Untuk itu ia menilai perlu sikronisasi kebijakan pemerintah dengan perdagangan. “Tapi ekspor ikan tuna segar ke Jepang sangat tinggi dan menjadikan komponen yang tinggi juga untuk Bali sebenarnya,” imbuhnya.

Selain itu, ia juga menilai ada potensi mengirim jasa (tenaga) ke Jepang. “Yang dikirim tentunya tenaga-tenaga terampil atau tenaga profesional yang bisa dipekerjakan di Jepang, karena saat ini angkatan kerja Jepang sudah mulai berkurang. Banyak generasi yang sudah senior di sana,” sebut Cik.

Baca juga:  Kebijakan Memperkokoh Ekosistem Pariwisata Bali, Wujud Kerja Keras dan Ide Cerdas Gubernur Koster

Ia berpesan agar Bali mengembangkan sektor ekonomi baru selain pariwisata. Cik melihat masih ada yang bisa didorong lagi dan dikembangkan untuk mewujudkan pariwisata yang berkesinambungan, yang sustainable tourism. “Karena kita melihat masih ada gap, ada pariwisata yang tumbuh dengan cepat dan mewah tapi di sisi lain ada potensi lain yang harus dikembangkan lagi seperti pertanian dan juga industri kreatif,” bebernya.

Alangkah bagusnya jika pariwisata dan pertanian, dan industri kreatif, bisa sama-sama tumbuh. Potensi inilah yang bisa didorong oleh pelaku ekonomi di Bali. “Ini juga sejalan dengan hasil penelitian  yang telah kami lakukan. Harapan kami, kalau pariwisata bisa memberi rembesan ke bawah, memberikan efek ke bawah seperti ke sektor pertanian dan ke industri kreatif, maka itu akan sustain (berkelanjutan, red). Jadi kalau ada gangguan di pariwisatanya, pertaniannya masih tumbuh dan industri kreatif juga bisa tumbuh,” bebernya.

Baca juga:  Berhasil Ditekan, Jumlah Orang Terlibat Narkoba di Bali

Dengan demikian akan bisa meningkatkan ekspor dan perdagangan sehingga meningkatkan seluruh aktivitas ekonomi sehingga pertumbuhan ekonomi di Bali akan semakin kuat lagi. Dari sisi ekspor yang bisa dilakukan adalah meningkatkan pasar. Namun sebelumnya, yang penting dilakukan adalah memastikan kemampuan produksi. “Kalau kita sudah siap ekspor berarti kita sudah siap dengan skala produksi yang memadai. Jangan sampai ada permintaan tinggi tapi tidak mampu memenuhi ekspor. Jadi yang harus diperkuat dulu adalah dari sisi produksinya,” jelasnya. (Citta Maya/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *