DENPASAR, BALIPOST.com – Menuju sustainable tourism, gerakan menjaga lingkungan harus dilakukan. Karena lingkungan faktor penentu kelanjutan pariwisata Bali. Faktor lingkungan tidak hanya berkaitan dengan sampah, air, luasan tutupan hutan tapi juga udara.
Penyumbang polusi udara pun bermacam seperti industri, asap kendaraan bermotor dan asap rokok. Asap rokok yang selama ini kerap dinomorduakan patut mendapat perhatian serius. Karena asap rokok tidak hanya berdampak pada ekosistem lingkungan tapi juga kesehatan manusia.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Bali I Made Teja mengatakan, isu lingkungan yang paling besar ini adalah masalah sampah. Pengelolaan sampah di Bali belum berjalan baik mengacu pada peraturan yang berlaku. “Masalah sampah ini sangat berpengaruh besar terhadap pariwisata di Bali, kebijakan Gubernur Bali dengan visinya Nangun Sat Kerti Loka Bali, sangat luar biasa mendorong ke arah itu,” ujarnya saat Talkshow Merah Putih di Shankara Resto, Sanur, Selasa (30/7).
Pihaknya pun diakui telah melakukan perbaikan pengelolaan sampah di TPA Suwung. Yaitu penataan 22,4 hektar lahan di TPA Suwung. Rencananya di tempat itu akan dijadikan ekowisata, namun masih dalam proses penelitian.
Saat ini progress penataan tersebut telah mencapai 91 persen. Selain itu 1,4 hektar lahan yang ditempati masyarakat juga akan ditata agar lebih layak tinggal. Seluas 10 hektar lagi ditata untuk dijadikan tempat pengelolaan sampah menjadi energi listrik.
Tidak hanya polusi sampah, Bali juga menghadapi masalah polusi udara. Namun kualitas udara Bali dikatakan masih aman yaitu berada pada indeks 80 – 90. Menurutnya ini disebabkan salah satunya karena penggunaan BBM yang lebih ramah lingkungan.
Sementara penyumbang polusi udara yang lain seperti asap rokok belum bisa diukur karena alat ukurnya berbeda dengan pengukuran polusi udara akibat industry maupun asap kendaraan.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam dr. Kadek Dian Lestari, M.Biomed.,Sp.PD. mengatakan, segala macam polusi pada kesehatan pasti berpengaruh. Tapi orang tidak terlalu memikirkan karena efek sampingnya tidak dirasakan saat ini tapi jangka panjang minimal 10 tahun ke depan.
Salah satu polusi udara yang menjadi perhatiannya adalah polusi asap rokok, karena asap rokok menimbulkan residu. Residu itu menempel di tubuh perokok, di dinding rumah, di sprei bahkan beberapa peneliti mengatakan merokok jauh lebih berbahaya dari polusi lain, karena polusi itu dibawa ke rumah dan tersimpan.
Dalam menjalankan kehidupan pariwisata dan ekonomi, ada bahan-bahan yang dihasilkan dari aktivitas tersebut. “Maka dari itu kita harus mulai memikirkan produk-produk alternatif yang ramah lingkungan, tidak hanya untuk ekosistem tapi juga untuk kesehatan kita sendiri, itu yang harus dibicarakan dan dipikirkan oleh pemerintah, akademisi dan masyarakat,” ungkapnya.
Kepala Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata Provinsi Bali Dewa Ayu Laksmi mengatakan, promosi ke luar negeri dan dalam negeri menitikberatkan pada hal-hal yang mendukung keberlangsungan pariwisata Bali yaitu masalah lingkungan Bali. Berbicara Bali identik berbicara pariwisata. Pariwisata Bali adalah pariwisata budaya.
Menjaga lingkungan sama dengan menjaga budaya. “Produk itulah yang kita jual. Melalui pergub–pergub yang sudah dikeluarkan sangat membantu marketing kita di mata internasional karena konsentrasinya terhadap lingkungan sehingga pariwisata kita bisa sustainable,” tandasnya. (Citta Maya/balipost)