NEGARA, BALIPOST.com – Sejak sepekan terakhir, para pedagang daging babi di sejumlah pasar tradisional sumringah. Permintaan daging babi meningkat hingga 100 persen dibanding hari-hari biasanya.
Pedagang tidak menaikkan harga jual kendatipun permintaan melonjak baik sebelum Hari Raya Galungan maupun menjelang Kuningan ini. Sejumlah pedagang daging babi di Pasar Umum Negara ditemui Kamis (1/8) mengaku jumlah permintaan dagangan mereka melonjak. Bila di hari-hari biasa mereka hanya menjual satu ekor babi untuk dua hari, kini dalam satu hari satu ekor babi sudah ludes. Bahkan bisa dua ekor babi dalam sehari.
“Ada peningkatan, tapi harga masih tetap antara Rp 45 ribu sampai Rp 60 ribu per kilogram. Tergantung ukurannya,” ujar Nengah Suarni (40), salah satu pedagang daging babi di Pasar Umum Negara.
Pedagang asal Bale Agung ini mengaku tidak sulit mendapatkan babi sejak menjelang Galungan. Sehingga tidak berdampak pada harga jual. Begitupula menjelang Kuningan ini, permintaan masih di atas hari-hari biasanya.
Hal senada diungkapkan, Kadek Arsani, pedagang yang daging babi berasal dari Kebon, Baler Bale Agung. Dari sekian lapak kios daging di dalam Pasar Umum Negara, hanya mereka berdua menjual daging babi dan berdampingan. Sisanya sebagian besar lapak menjual daging ayam dan ikan.
Arsani mengungkapkan selain di Pasar Umum Negara, dirinya juga berjualan di Pasar Banjar Tengah. Karena ada dua cabang, volume daging yang dijualnya juga lebih banyak. “Sehari biasanya dua ekor habis. Sekarang menjelang hari raya bisa lima sampai enam ekor,” ujarnya.
Selain daging babi, harga komoditi daging lainnya seperti daging ayam dan daging sapi juga cenderung normal. Sejumlah pedagang mengaku tidak ada lonjakan meskipun mendekati hari raya maupun hari normal. Namun, untuk jumlah permintaan daging melonjak ketika menjelang hari raya.
Justru sejumlah komoditi pangan lainnya seperti cabai masih cenderung tinggi. Harga cabai mencapai Rp 80 ribu perkilogramnya. Kondisi ini sudah terjadi sejak sebelum Hari Raya Galungan.
Sejumlah pedagang yang ditemui mengaku cabai mulai sulit dicari. Ni Komang Warsini (47) mengatakan naiknya harga cabai ini terjadi sejak sebelum Galungan. Saat itu harga awalnya Rp 25 ribu hingga sekarang tembus Rp 80 ribu. Para pembeli, memilih membeli mengecer sedikit-sedikit dengan menyebut harga. Jarang yang membeli berdasar volume. (Surya Dharma/balipost)