TABANAN, BALIPOST.com – Memiliki keterbatasan fisik tidak menyurutkan niat penyandang disabilitas sensorik netra untuk terus mengenyam pendidikan sampai tingkat perguruan tinggi. Terbukti, dua orang disabilitas yang pernah mengikuti rehabilitasi sosial di BRSPDSN Mahatmiya Bali tahun ini berhasil lolos dalam seleksi penerimaan mahasiswa baru Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung tahun akademik 2019/2020.
Kepala BRSPDSN Mahatmiya, I Ketut Supena, menerangkan, dua orang siswa tersebut yakni I Putu Krida Lesmana Putra (25) dan Komang Tri Anggi Wahyuningtyas (20). “Ada kebanggaan untuk pertama kalinya dua siswa kami diterima salah satu perguruan tinggi bergengsi di Bandung. Ini tentu memotivasi penyandang disabilitas lainnya untuk terus meningkatkan kemampuannya,” ucapnya, Jumat (2/8).
Setelah lulus nantinya, kedua siswa ini memiliki peluang yang sama dengan siswa normal lainnya untuk bisa menjadi Aparatur Sipil Negara. Oleh sebab itu, kedua siswa rehabilitasi sosial di BRSPDSN Mahatmiya itu telah dibekali keterampilan sesuai dengan bakatnya.
Putu Krida berasal dari Singaraja dan mulai mengikuti program rehabilitasi sosial di Mahatmiya sejak tahun 2017. Program rehabilitasi yang diikuti Krida meliputi terapi fisik, mental spiritual, psikososial, dan livelihood di antaranya urut, barista, kewirausahaan, handycraft, komputer braile, kesenian musik tradisional dan modern. Keseluruhan program itu diikuti selama dua tahun dan akhirnya lulus pada Juni 2019 dengan predikat terbaik. “Krida memiliki keterbatasan penglihatan sejak duduk di bangku SMA. Ia lahir dari orangtua yang kurang sempurna secara fisik, ayahnya penyandang disabilitas sensorik rungu wicara,” terangnya.
Sementara Komang Anggi mengalami penurunan penglihatan sejak duduk di bangku kelas 1 SMP. Ia pernah bersekolah melalui program inklusi lanjut ke tingkat SMK jurusan tata boga hingga lulus tahun 2018. Sejak Juli 2018, wanita asal Karangasem ini mulai mengikuti program rehabilitasi di Mahatmiya selama setahun. “Jadi, kedua siswa ini punya pengetahuan dan keterampilan sangat baik,” ucapnya.
Supena berharap penyandang disabilitas tetap memiliki keinginan kuat untuk mendapatkan peluang bagi kehidupannya. Di sinilah mereka dituntut bisa menumbuhkan jiwa wirausaha, sehingga tidak salah saat pembinaan di balai, sejumlah keterampilan diberikan dengan harapan mereka mendapat yang sesuai dengan keahlian dan bakatnya dan nantinya bisa diterapkan di masyarakat. Ini sejalan dengan program gerakan menjadi pengusaha bagi penyandang disabilitas sensorik netra atau Gempita. (Dewi Puspawati/balipost)