DENPASAR, BALIPOST.com – Pujawali di Pura Sakenan, Desa Pakraman Serangan, Denpasar Selatan secara rutin dilaksanakan setiap enam bulan sekali bertepatan dengan Saniscara Kliwon Wuku Kuningan atau Hari Suci Kuningan. Pada 2019 ini, pelaksanaan pujawali di Pura Sakenan digelar dengan tingkatan upakara yang lebih besar.

Yakni Karya Eka Dasa Warsa Pengratep Pujawali Padudusan Agung Madulur Antuk Pamlehpeh Segara di Pura Sakenan. Puncak acara digelar, Sabtu (3/8).

Serangkaian karya tersebut, Wali Kota Denpasar I.B. Rai Dharmawijaya Mantra bersama Wakil Wali Kota Denpasar, IGN Jaya Negara didampingi Sekda Kota Denpasar, AAN Rai Iswara serta OPD terkait turut melaksanakan bhakti pujawali di Pura Sakenan. Bahkan Wali Kota Rai Mantra bernostalgia dengan menggunakan jukung untuk menyeberang menuju Pura Sakenan dari Pantai Mertasari Sanur.

Turut hadir dalam kesempatan tersebut panglingsir Puri Kesiman sekaligus Pangempon Pura Sakenan, AA Ngurah Gede Kusuma Wardana, Anggota DPRD Kota Denpasar, tokoh masyarakat, serta pamedek. Rangkaian puncak karya diawali dengan sesolahan Tari Rejang Dewa, Tari Topeng Panglemenbar, Topeng Penasar serta Topeng Sidhakarya.

Iringan suara genta dipadukan dengan merdunya lantunan kidung, Wayang Lemah dan suara gambelan menambah khidmat puncak karya yang digelar setiap 10 tahun sekali. Ritual  dipuput oleh Ida Pedanda Gede Sari Arimbawa, Ida Pedanda Gede Putera Telaga, dan Ida Pedanda Budha Jelantik Giri.

Baca juga:  Ada Perayaan Galungan dan Kuningan, Distribusi Elpiji 3 Kilo ke Buleleng Diminta Lebih Awal

Dalam kesempatan tersebut, Walikota Denpasar IB Rai Dharmawijaya Mantra bersama Wakil Walikota Denpasar, IGN Jaya Negara turut berbaur bersama masyarakat untuk melaksanakan persembahyangan bersama. Adapun upakara yang dihaturkan meliputi Nyatur Muka Padudusan Agung Luwur Akasa Tapakan Ida Bhatara di Pura Sakenan, Nyatur Rebah Bebangkit, Sorohan Pulagembal Ayaban Ida Bhatara di Pura Pesamuan Agung, dan Nyatur Rebah Bebangkit, Sorohan Pulagembal Ayaban Ida Bhatara di Pura Dalem Sususnan Wadon.

Walikota Denpasar, bersama Wakil Walikota usai persembahyangan mengatakan bahwa pelaksanaan Karya Eka Dasa Warsa Pengratep Pujawali Padudusan Agung merupakan wujud sradha bhakti umat kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa untuk menciptakan kerahayuan jagat. “Karya Eka Dasa Warsa  Pengratep Pujawali Padudusan Agung ini merupakan wujud sradha dan bhakti umay kepada Ida Sang Hyang Widi untuk memohon kerahayuan jagat, serta diharapkan kepada masyarakat untuk tetap menjaga kebersihan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan, utamanya adalah sampah plastik,” paparnya.

Baca juga:  Tradisi Ngerebeg Desa Adat Munggu, Peringatan Kemenangan Perang

Panglingsir Puri Kesiman yang juga Pangempon Pura, AA Ngurah Gede Kusuma Wardana didampingi Prawartaka Karya, Ida Bagus Gede Pidada di sela-sela puncak karya menjelaskan bahwa pada Hari Suci Kuningan ini,  pujawali di Pura Sakenan bertepatan dengan Eka Dasa Warsa. “Setiap 10 tahun sekali dilaksanakan Karya Pangratep Pujawali dengan tingkatan upakara Madudus Agung dengan caru panca kelud ke pertiwi dan pakelem kambing, angsa, bebek dan ayam ke segara,” ujar Gus Pidada.

Sebelum memasuki puncak karya, seluruh rangkaian Karya Eka Dasa  Warsa Pengratep Pujawali Padudusan Agung di Pura Sakenan telah dimulai pada Minggu (28/7). Diawali dengan Ngingsah, Melaspas dan Mecaru Panca Kelud.

Dilanjutkan pada Rabu (31/7) dengan upacara Melasti, Mendak Agung dan Mendak Siwi. Pada Kamis (1/8) dilaksanakan upacara Mapepada Karya dan pada Sabtu (3/8) bertepatan hari Kuningan dilaksanakan puncak karya.

Setelah puncak karya, Ida Bhatara nyejer/ngadeg selama 7 hari dengan dilaksanakan bhakti penganyar yang diawali oleh Pemerintah Kota Denpasar pada Minggu (4/8). Berturut-turut dilanjutkan Kecamatan Denpasar Timur, Kecamatan Denpasar Selatan, Kecamatan Denpasar Barat dan Kecamatan Denpasar Utara. Sedangkan Bhakti penyineb dilaksanakan oleh Pemkab Badung pada Sabtu (10/8).

Baca juga:  Atasi Maraknya Wisman Berulah, Akademisi Usulkan "Permanent Resident" di Bali Jadi Pandu Budaya

I.B. Pidada menambahkan bahwa seluruh rangkaian pelaksanaan karya diikuti oleh krama penyiwi sebagai wujud yasa kerthi. Adapun yang menjadi pengempon pura adalah Puri Kesiman, sedangkan pengamong  terdiri atas Desa Serangan, Desa Pamogan, Desa Suwung Kepaon, dan Desa Kelan Badung.

Selain itu juga terdapat pengiring yakni Pura Dalem Cemengaon, Pura Dalem Braban, Pura Wana Mera dan 18 Pura di Samuan Agung. Dengan demikian, untuk menciptakan suasana yang nyaman dalam pelaksanaan persembahyangan, para pemedek dapat memanfatkan bhakti penganyar yang dilaksanakan selama 7 hari untuk menghaturkan bhakti.

Selain itu, dhimbau juga bagi pemedek dan masyarakat untuk mengurangi penggunaan kantong plastik saat tangkil, utamanya saat nunas tirta Ida Bhatara. “Pengurangan penggunaan plastik sudah menjadi komitmen kita selaku prawartaka dan pengempon sejak tahun lalu, dan tahun ini juga kami terapkan, bagi masyarakat yang hendak tangkil nunas tirta dapat menggunakan sangku, toples, atau bumbung pakuluh sebagai sarana nunas tirta. Hal ini juga untuk mendukung dan mensukseskan program pemerintah kota Denpasar dan Bali dalam mengurangi penggunaan plastik,” tutup I.B. Pidada. (Asmara Putera/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *