BANGLI, BALIPOST.com – Bertepatan dengan hari raya Kuningan, Sabtu (3/8), krama Desa Adat Buahan, Kintamani melaksanakan upacara ngusaba tegen. Sesuai namanya, dalam upacara tersebut banten yang dirangkai dari berbagai hasil bumi itu dibawa ke pura oleh krama dengan cara di-tegen (dipikul).

Bendesa Adat Buahan Made Antara mengatakan upacara ngusaba tegen di Desa Buahan dilaksanakan setiap setahun sekali. Tepatnya pada penanggal pang tiga sasih karo. Upacara dilaksanakan di Pura Dalem Pingit.

Baca juga:  Diduga Ngantuk, Mobil Terperosok ke Jurang Sedalam Puluhan Meter

Dalam upacara tersebut, masing-masing krama yang total keseluruhan berjumlah 350 KK wajib membuat banten tegenan. Banten tegenan merupakan sebuah sarana persembahan yang dirangkai sedemikian rupa berisi pisang, aneka buah-buahan dan jajan.

Di dalam banten tegenan, pantang diisi daging ayam atau babi. Yang boleh hanya ikan. “Uniknya di situ. Tidak boleh pakai daging ayam atau babi. Hanya ikan,” terangnya.

Lanjut dikatakannya, banten tegenan dibawa ke Pura Dalem Pingit dari rumah masing-masing dengan cara ditegen. “Yang bawa, krama yang lanang,” kata Antara.

Baca juga:  Wabup Suiasa Hadiri Karya Pedudusan Alit lan Ngenteg Linggih Br Umahanyar Desa Darmasaba

Upacara ngusaba tegen dilaksanakan mulai pukul 14.00 hingga 17.00 Wita. Upacara ngusaba tegen yang merupakan rangkaian dari upacara piodalan di Pura Dalem Pingit dipuput oleh Jero Kubayan.

Yang juga unik, pelaksanaan upacara di pura setempat tidak pakai gong. Antara menambahkan upacara ngusaba tegen yang rutin dilaksanakan krama Desa Adat Buahan memiliki makna ungkapan syukur dan terimakasih kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. “Salah satunya sebagai wujud terimakasih. Seperti sekarang kan di Desa Buahan turun hujan, masyarakat sangat bersyukur karena baik untuk pertanian,” imbuhnya. (Dayu Swasrina/balipost)

Baca juga:  Langka Tiap 30 Tahun Sekali, Kuningan Bertepatan dengan Siwaratri
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *