Menjelang bulan Oktober nanti, saatnya kita harus menenangkan diri. Haruslah dimulai dari diri sendiri terlebih dahulu untuk membentuk kesadaran yang lebih luas.
Pada akhirnya, kita menginginkan situasi tenang untuk seluruh masyarakat. Bulan Oktober hanya tinggal dua bulan lagi. Jika kita mampu mengondisikan hal itu sejak sekarang, maka pelantikan presiden beserta wakil serta anggota legislatif akan dapat berlangsung lancar. Tentu kita juga menyambut pilkada tahun depan dengan suasana yang kondusif.
Indonesia bukanlah negara sembarangan tetapi sebuah negara yang multietnik paling menonjol di dunia, juga dengan penduduk yang besar serta negara kepulauan yang paling besar. Artinya, peristiwa yang mengusik ketertiban sosial, pasti akan mendapat perhatian dunia dan pasti akan mampu kalau negara disoroti dengan hal-hal yang bersifat negatif.
Kita memerlukan kondisi seperti ini karena masih tetap ada kekhawatiran bagi masyarakat terhadap situasi politik Indonesia ke depan. Masa pemilu memang sudah kita selesaikan, termasuk juga dengan sengketa pemilihan presiden di Mahkamah Konstitusi. Namun, pembentukan kabinet dari pemerintahan mendatang, kemungkinan juga akan menimbulkan berbagai komentar, bahkan kecaman.
Kita bergembira melihat adanya pertemuan antara Joko Widodo dengan Prabowo Subianto. Semua tahu bahwa kedua tokoh tersebut merupakan kompetitor masing-masing dalam pemilihan presiden yang riuh rendah kemarin. Tidak dimungkiri juga masing-masing mempunyai pendukung fanatik, yang kemudian sempat menimbulkan ketegangan. Dengan adanya pertemuan itu, diharapkan tensi politik ikut turun. Itulah yang dirasakan oleh masyarakat beberapa hari lalu.
Kita juga gembira menyambut pertemuan antara Megawati Sukarnoputri dengan Prabowo Subianto. Ada nuansa kedekatan dan penurunan tensi ketegangan kedua partai yang saling bersaing pada pemilihan presiden yang baru lalu.
Kita tahu, PDI Perjuangan dan Gerindra merupakan dua partai paling besar dan mendominasi kancah politik Indonesia saat ini. Dalam hal Gerindra, perlu kita catat karena ada prestasi di sini, peningkatan perolehan suaranya untuk seluruh Indonesia cukup signifikan. Pasti para pekerja partainya telah melakukan kerja keras untuk mencapai hal ini.
Akan tetapi, seperti halnya tindakan politik setiap tokoh bertemu pastilah juga ada penafsiran dari masyarakat. Tidak ketinggalan dengan pertemuan dari Prabiwo dengan Megawati. Ada yang menyebutkan pertemuan itu merupakan upaya untuk ikut ke dalam pemerintahan oleh Partai Gerindra.
Juga ada penafsiran demi menekan perbedaan antara kedua partai politik. Pendek kata, penafsiran itu menjadi bergulir sedemikian rupa sehingga seolah-olah jabatan menteri menjadi rebutan pada pemerintahan mendatang. Pembentukan kabinet yang sesungguhnya merupakan hak prerogatif presiden, berkembang menjadi isu yang popular di masyarakat.
Kita tahu, dalam perebutan kursi presiden ini, masing-masing pihak, Prabowo dan Joko Widodo membentuk koalisi masing-masing. Ketika kemudian kemenangan ada di tangan Joko Widodo, maka secara politis sangat wajarlah kalau kemudian partai-partai dan tokoh yang ada di dalammya ikut mendapatkan jatah menteri.
Jika benar kemudian move politik mutakhir yang menyebutkan kelompok Prabowo juga ingin mendapatkaan jatah menteri, inilah yang dikhawatirkan masyarakat akan kembali membikin suasana politik tidak kondusif. Kekhawatiran terbesar adalah adanya gonta-ganti menteri kelak jika pemerintahan telah berjalan.
Jadi, marilah kita sekarang memelihara situasi sosial agar dapat berlangsung dengan baik, aman, dan kondusif untuk kehidupan sosial. Para elite politik harus mampu menahan diri, tidak membuat langkah-langkah yang mengkhawatirkan masyarakat. Sebab, bagaimanapun juga, keberhasilan Indonesia untuk melaju di pentas dunia sekarang sangat dipengaruhi oleh stabilitas politik tersebut.