TABANAN, BALIPOST.com – Dampak kemarau panjang dirasakan oleh sejumlah petani khususnya di Kecamatan Tabanan dan Marga. Kecamatan Marga, menurut data Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan, menjadi daerah terparah terdampak kekeringan yakni mencapai 2 hektar lahan pertanian. Disusul Kecamatan Tabanan yang mencapai 0,40 hektar atau 40 are.
“Ini data per 5 Agustus 2019. Di Marga kekeringan terjadi di Subak Apit Jaring, dan di Tabanan terjadi di Subak Gubug,” ucap Koordinator POPT Distan Tabanan Ir. I Nengah Durmita seizin Kepala Dinas Pertanian Tabanan I Nyoman Budana, Senin (5/8).
Meski terdampak kekeringan, produksi padi di dua kecamatan tersebut masih berpeluang diselamatkan dengan catatan ada pergiliran pengairan. Selain itu, diharapkan kebutuhan air di dua subak kecamatan tersebut bisa terpenuhi dengan turunnya hujan.
Pihaknya terus turun ke lapangan melakukan pemantauan terkait laporan kekeringan di Subak Tungkub 2, Tempek Subak Segeh, Desa Kaba-kaba, Kecamatan Kediri. Dari hasil pantauan di Subak Segeh ditemukan terjadi penurunan pengairan, namun masih bisa diupayakan dengan teknik gilir giring pengairan. Selain itu, luas lahan yang terdampak kekeringan sekitar 27 hektar.
“Di sana (subak) ada dua pompa air untuk dialirkan ke sawah, namun kondisi di lapangan tidak memungkikan dimanfaatkan karena jarak sumber air dan lahan pertanian terlalu jauh. Satu-satunya jalan hanya teknik gilir giring pengairan,” ujar Durmita.
Di sisi lain, pihaknya berharap di daerah-daerah yang berpotensi terdampak kekeringan, petani tidak memaksakan diri untuk menanam padi, namun mengembangkan tanaman palawija. Ini dilakukan sejumlah petani di daerah Selemadeg Timur. “Sebelumnya kekeringan juga mengancam daerah Selemadeg Timur, namun tahun ini daerah tersebut sudah mengikuti anjuran dinas dengan menanam palawija sebagai antisipasi,” pungkasnya. (Dewi Puspawati/balipost)