TABANAN, BALIPOST.com – Setelah menjalani kegiatan selama tiga hari di Pasraman Dalem Ketut, Lumajang, Tabanan, nominator Siswa Ajeg Bali (SAB) dan Guru Ajeg Bali (GAB) tahun 2019, mengakhiri seluruh kegiatan pasraman, Sabtu (10/8).

Kegiatan serimonial penutupan dilakukan Pimpinan KMB, Satria Naradha, disertai persembahyangan bersama dengan krama Bali dan karyawan Bali Post.

Malam harinya diselenggarakan pentas seni oleh para SAB dan GAB, yang terbagi dalam setiap kelompok. Penampilan SAB kelompok Sekolah Dasar (SD), menampilkan pemetasan teater dengan tema “Lestariang Budaya Bali”.

Baca juga:  Tak Kuat Nanjak, Truk Mundur Hantam Bus

SAB kelompok SD yang berjumlah enam orang tersebut memberikan pesan dalam pementasan teater bahwa sesama manusia tidak boleh mengejek. Selain itu, mesti sebagai anak-anak, mereka tetap melestarikan budaya Bali seperti menari, di tengah serbuan budaya luar, seperti dancer.

SAB kelompok SMP membawakan tarian Joged Bumbung dengan pakem Bali, bukan seperti Joged “porno” yang tersebar di media sosial. Puisi Bali, juga ditampilkan sebagai salah satu upaya pelestarian bahasa Bali. “Gunakan Bahasa Daerah, Cintailah Bahasa Indonesia, Pelajarilah bahasa Asing,” seru mereka.

Baca juga:  Rayakan Hari Lahirnya Gong Kebyar, Sanggar Peraupan Jati Lestari Gelar Pentas Seni

SAB kelompok SMA juga tak mau kalah dari adik-adiknya. Mereka menampilkan tarian pergaulan masyarakat Bali, yakni Majangeran.

Kelompok SAB SMA yang kebetulan tiga perempuan dan laki-laki, menjadi pasangan serasi malam itu.

Sedangkan untuk pentas seni GAB, Kelompok SD menampilkan seni gerak dan lagu Majangeran diiringi lantunan musik. Kelompok SMP mementaskan fragmen satu babak yang mengangkat tema manfaat meditasi.

Di tengah banyaknya persoalan yang dialami dalam keluarga, masyarakat kiranya diselesaikan dengan tenang. “Manfaat meditasi, apapun masalahnya dapat diselesaikan dengan tenang,” kata perwakilan GAB dari SMP PGRI 5 Denpasar, Gusti Ayu Putri.

Baca juga:  Mengisi Ulang Kebalian Kita

GAB kelompok SMA yang mendapatkan pementasan terakhir menampilkan drama yang berceritakan seluruh rangkuman kegiatan selama di pasraman. Dengan nada kocaknya, mereka membawakan pesan, bahwa dalam hal penampilan boleh saja mereka mengikuti perkembangan zaman, namun pengetahuan budaya dan adat Bali agar tetap menjadi karakter dan jati diri orang Bali. (Agung Dharmada/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *