GIANYAR, BALIPOST.com – Eedan Karya Agung Dirgayusa Bumi di Pura Dalem Beng-Gianyar, Senin (12/8) adalah ”Mapepada Wewalungan”. Binatang yang akan dipersembahkan sebagai kurban, diprayascita atau disucikan dulu sebelum akhirnya dihaturkan sebagai bagian banten.
Setelah disucikan, binatnag tersebut dituntun mengelilingi pura atau yang dikenal dengan Murwa Daksina. Inti dari filosofi ini adalah, arwah binatang tersebut dituntun menuju tempat yang lebih tinggi. Diharapkan, ketika menjelma kembali ke bumi mereka tidak lagi sebagai binatang.
Sebelum acara mapepada, eedan karya yang diikuti ratusan krama ini diisi berbagai tari wali seperti Rejang, Baris Tombak serta Topeng. Sebelum akhirnya diakhiri dengan sembahyang bersama.
Pamuput Karya Ida Pedanda Wayahan Bun dari Griya Sanur Pejeng, Tampaksiring, dalam dharma wacananya menjelaskan, Mapepada berasal dari kata Pada, yang pada dasarnya memiliki dua makna, yakni pada yang berarti sama dan pada yang berarti kaki. Dalam konteks persamaan, pada dapat diartikan sebagai penyamaan, egalitarian terhadap roh hewan yang akan digunakan untuk sarana upakara. Dengan upacara ini, diharapkan arwah dari hewan ketika lahir kembali mengalami kenaikan tingkat.
Sedangkan, pengertian pada yang berarti kaki, dapat diartikan sebagai penggunaan binatang yang berkaki, dalam hal ini adalah kaki dua dan kaki empat. Hewan yang digunakan adalah kerbau, babi, kambing, penyu, bebek, ayam dan lainnya. (BTN/kmb)