DENPASAR, BALIPOST.com – Untuk pertama kalinya Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman melepas ekspor komoditas unggulan Bali berupa 2,5 ton mangga harum manis Buleleng ke Rusia. Mentan menargetkan 100 ton ekspor buah mangga asal Bali mampu memenuhi pasar Rusia tahun 2019.
Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng I Gede Subudi mengatakan, Bali mampu memenuhi pasar ekspor karena produksi mangga pada 2018 sebanyak 32.708 ton. Sementara luasan lahan mangga 5.172 hektar dengan populasi 517.245 pohon. Jadi, ia optimis Bali mampu memenuhi kebutuhan ekspor mangga ke Rusia dan negara lainnya.
“Tapi mangga dan manggis masuk buah musiman sehingga tergantung musimnya. Musim mangga sekitar November sampai Januari. Secara ketersediaan sebenarnya sudah, tidak mengandalkan buah impor. Masih ada buah impor karena alasan selera saja,” ujarnya ditemui usai rapat di Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan (TPHP) Provinsi Bali, Jumat (9/8) lalu.
Sentra pohon mangga terbanyak ada di Kubutambahan, Tejakula, Gerokgak, Sukasada, Di kecamatan lain juga ada, hanya jumlahnya tidak banyak. Di Buleleng, jenis mangga yang paling banyak adalah mangga harum manis. Juga ada mangga legong dan mangga golek serta mangga gedong gincu dari Jawa Barat.
Menurutnya, aktivitas ekspor buah bukan hal baru bagi petani di Buleleng. Beberapa tahun yang lalu, Buleleng sudah pernah melakukan ekspor ke negara Timur Tengah. “Bahkan, masuk Gedung Putih. Mungkin tidak banyak jenis mangga yang bisa masuk Gedung Putih, tapi salah satunya dari Buleleng. Jadi, bukan hal baru bagi kami,” pungkasnya.
Secara resmi, ekspor buah dari Bali langsung dilakukan sejak tahun lalu ke Singapura. Buah yang diekspor yaitu mangga gedong gincu sebanyak 3 ton. Sejak 10 tahun lalu, buah asal Buleleng sudah dieksor. Namun, ekspor dilakukan melalui luar Pulau Bali yaitu Probolinggo, karena belum ada eksportir buah di Bali. “Tapi sekarang sudah ada beberapa eksportir buah di Bali,” tandasnya.
Untuk memenuhi permintaan ekspor dan dalam negeri, pihaknya melakukan upaya peningkatan produksi mangga. “Mangga bukan hal baru yang diekspor karena persyaratan ekspornya tidak serumit buah naga dan manggis,” tandasnya.
Meski demikian, yang paling harus dijaga adalah kualitas mangga, tidak hanya mencakup citarasa tapi juga tampilan buahnya. Petani juga dilatih budidaya yang baik dan benar. Ada SLGAP (Sekolah Lapang Good Agriculture Practices) atau budidaya yang baik dan benar. Selain itu ada SLGHP (Sekolah Lapang Good Handling Practices), pengelolaan pascapanen yang baik dan benar, salah satunya cara panen dan pengemasannya. (Maya Citta/balipost)