SEMARAPURA, BALIPSOT.com – Menjelang peringatan Hari Kemerdekaan RI ke-74, Pemkab Klungkung menyiapkan Paskibra (Pasukan Pengibar Bendera). Puluhan anak-anak yang terampil dalam baris-berbaris disiapkan tampil maksimal dalam momen penuh spirit perjuangan merebut kemerdekaan itu. Namun, di sela-sela persiapan Paskibra yang dikarantina di SKB (Sanggar Kegiatan Belajar) Banjarangkan, sejumlah siswa mengaku kerap diganggu makhluk halus hingga mengalami kesurupan.
Situasi demikian diakui Wakil Bupati Made Kasta, Senin (12/8). Sebagai Ketua Panitia Tetap Peringatan Kemerdekaan RI ke-74, dia beberapa kali menerima laporan bahwa sejumlah anak diganggu makhluk halus di SKB Banjarangkan. Terakhir, laporan diterima kembali Minggu (11/8) malam, sejumlah anak kesurupan yang membuat situasi menjadi panik. “Setelah terima telepon, saya malam-malam langsung ke lokasi. Ternyata solusi yang saya berikan sebelumnya belum dijalankan,” katanya.
Sebelumnya Wabup Kasta mengaku sudah memberikan solusi agar menyiapkan sejumlah sarana yang diminta gaib setempat. Sebab, lokasi SKB Banjarangkan dikenal angker karena persis berada dekat sungai. Saat itu sebelum macaru, ia minta agar sarananya dilengkapi dengan sarana lain, sebagai persembahan untuk mahluk halus setempat, agar tidak mengganggu. Persembahan bisa dalam bentuk permen, susu, cokelat, geti-geti, nyah-nyah gringsing, pisang dempet, dan pisang emas. Namun, panitia setempat mengaku lupa menyiapkan sarana tersebut.
Wabup Kasta yang dikenal masyarakat Klungkung sebagai Jro Mangku, membuat tirta dan memercikkannya kepada siswa yang kesurupan dengan tiga batang kayu dapdap. Tidak lama berselang, siswa yang kesurupan langsung kembali normal dan tenang. Setelah itu, Kasta minta siswa setempat tetap tenang dan serius mempersiapkan diri mengisi kemerdekaan ini sebagai pengibar bendera Merah-Putih.
Agar hal serupa tidak terulang lagi, Wabup Kasta juga minta Dinas Pendidikan Klungkung untuk melakukan ritual Rsi Gana. Sebab, sejak dibangun sampai sekarang, baru sekali upacara itu dilaksanakan. Padahal, gedung SKB Banjarangkan setiap tahun selalu dipakai untuk tempat karantina Paskibra selama satu bulan penuh. Belum lagi kegiatan lainnya berupa diklat-diklat pemerintah daerah. Tujuannya, agar lingkungan setempat netral dan terbebas dari mahluk gaib yang terus-menerus mengganggu masyarakat setempat.
Kasta mengakui lokasi SKB Banjarangkan memang angker. Selain bersebelahan dengan sungai, lokasinya hangat dan dipenuhi pohon-pohon besar yang keramat. Faktor gaya bangunannya turut mempengaruhi, khususnya gedung Padmasananya penyengkernya justru membentuk segitiga. Ini dikatakannya tidak sesuai dengan asta kosala kosali. “Di sekitarnya juga ada lokasi pemejian Ida Batara,” jelasnya. (Bagiarta/balipost)