Pasar tradisional kini sudah banyak ditata ulang dan dibangun. Pendekatan lebih humanis dan lebih modern dalam pengelolaan pasar tradisional juga telah banyak dirasakan warga. Artinya, perhatian pemerintah terhadap pasar tradisional tergolong bagus.
Jika dulu, saat saya masih anak-anak, pasar-pasar tradisional di perdesaan dibuka dalam tiga hari sekali. Kini, setiap hari pasar tradisional sudah buka. Istilah pasah, beteng, kajeng yang dulu jadi ukuran pasar tradisional buka juga tak begitu berlaku lagi untuk hari pasaran. Itu artinya, tingkat transaksi sudah sangat maju dan meningkat.
Mungkin, sulit juga kita abaikan jika identitas pasar tradisional adalah pasar yang membaur. Tanpa ruko dan sekat-sekat yang berarti. Para pedagang berbaur dan pembeli mudah ke sana ke mari. Saat itu, kenyamanan pasar tradisional juga sangat terjamin. Tak ada copet dan penipuan di pasar tradisional. Itu artinya, tingkat kejujuran traksaksi di pasar tradisional juga terjaga.
Ke depan, seiring dengan makin banyaknya penataan di areal pasar tradisional, mudah-mudahan orang Bali yang mau jadi pedagang juga tetap banyak. Jika ini hilang, maka salah satu kekuatan ekonomi pedesaan juga akan rapuh. Pasar tradisioanal yang menjadi indikator kemakmuran satu desa atau wilayah mestinya tetap mendapat perhatian semua pihak. Kebersihan toilet dan areal berjualan pedagang tetap harus mendapat perhatian.
Ni Luh Martawati
Tabanan, Bali