TABANAN, BALIPOST.com – Ada yang berbeda dalam upacara peringatan hari Kemerdekaan RI ke 74 di kecamatan Kerambitan, Sabtu (17/8). Jika tahun-tahun sebelumnya pelaksanaan upacara bendera digelar resmi di lapangan umum, kini digelar di hamparan sawah, Subak Celemanik, Desa Timpag, Kerambitan yang dikenal dengan program Uma Urip.

Menariknya lagi, tidak hanya melibatkan seluruh jajaran Muspika Kerambitan dan pelajar, ikut serta juga dalam upacara bendera tersebut para petani di desa setempat. Seperti disampaikan Camat Kerambitan I Gede Sukanada, meski gelaran upacara bendera Hut RI ke-74 dikemas dengan format berbeda, namun upacara tidak kehilangan khidmat.

Baca juga:  Jalur Hijau Makin Tak Jelas

Pengibaran bendera merah putih juga dilakukan di tengah areal persawahan.
“Meski format berbeda namun jalannya upacara bendera tetap dilaksanakan sesuai protap,” terangnya.

Sukanada yang juga ikut maju dalam bursa lelang jabatan untuk posisi Kepala Dinas Pariwisata Tabanan ini pun menambahkan, pelaksanaan upacara dengan mengambil lokasi di tengah hamparan sawah di Desa Timpag ini bertujuan mengenalkan budaya pertanian. Sekaligus keberadaan program Uma Urip di Kecamatan Kerambitan yang didalamnya juga ada kegiatan konservasi burung hantu jenis tyto alba. “Di sini kami punya budaya agraris dan ini yang ingin kami perkenalkan lagi kepada masyarakat luas, kemungkinan tahun depan kami ambil tema lain di wilayah berbeda sehingga tidak terkesan monoton,” terangnya.

Baca juga:  Pembangunan Vila Menggila, Sawah Makin Tergilas

Tidak hanya upacara bendera, kegiatan lomba juga digelar di areal setempat. Suasana pun tampak semarak oleh masyarakat setempat yang sangat antusias.

Selain kegiatan upacara bendera di areal persawahan, di Kabupaten Tabanan kemeriahan menyambut Hari Kemerdekaan RI juga tampak di Kecamatan Penebel. Sekitar 1.000 penari dari ibu-ibu PKK Desa Wangaya Gede mempersembahkan Tari Rejang.

Diterangkan oleh Bendesa Adat Wangaya Gede, I Ketut Sucipto yang juga Ketua Umum Pura Batukau, Tari Rejang ini sebenarnya persiapan untuk rangkaian Karya Agung di Pura Luhur Batukaru tahun 2020. Bahkan pelatihan telah dilakukan sejak enam bulan terakhir di tiap-tiap banjar adat.

Baca juga:  Penuhi Pasokan Listrik Bali, PLN Pindahkan MPP dari Lombok

Untuk perwakilan dari tiap banjar adat jumlahnya bervariasi tergantung jumlah KK yang dimiliki, dengan rata rata 20-70 orang perwakilan krama istri. Melihat antusiasme krama istri, muncul ide bahwa tarian tersebut sebelum ditampilkan untuk karya Agung Pura Luhur Batukau 2020, juga akan ditampilkan bertepatan dengan Hari Kemerdekaan. (Puspawati/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *