Abrasi mengancam keberadaan Pura Kawitan Desa di Pantai Gumbrih. (BP/olo)

NEGARA, BALIPOST.com – Selama dua tahun belakangan ini, abrasi di Pantai Gumbrih, Kecamatan Pekutatan sangat mengkhawatirkan. Sekurangnya satu kilometer daratan di pantai terus berkurang terkikis ombak laut Selatan Bali.

Bahkan Pura Kawitan Desa Pakraman Gumbrih kini terancam karena tanah di sebelah pura menyusut. Sehingga bagian terluar Pura yang menghadap arah pantai terlihat menjorok lebih dekat dengan air laut.

Saat air pasang, air menggenang di sebelah kanan-kiri Pura hingga mengikis sedikit demi sedikit tanah milik warga penyanding pura. Sejumlah warga yang ditemui mengungkapkan di sepanjang garis Pantai Gumbrih ini rawan terkena abrasi.

Baca juga:  Baru Dipasang, Jembatan Darurat di Sungai Gelar Hancur Diterjang Banjir

Tanah yang sebagian besar milik warga itu bahkan menyusut hingga 30 meter selama lima tahun ini. Begitu juga di Pura Kawitan yang posisinya lebih terlihat menjorok dibanding tanah lainnya juga sering digempur air laut. “Di saat (air laut) pasang, (air) sampai ke daratan,” terang salah seorang warga.

Meskipun tidak ada permukiman, namun di sepanjang pesisir pantai itu merupakan lahan milik warga. Dan salah satunya Pura Kawitan Desa Pakraman Gumbrih.

Baca juga:  Sampah Pengerupukan di Bangli Capai Puluhan Meter Kubik, Diangkut 5 Truk

Perbekel Gumbrih, I Ketut Nurjana dikonfirmasi membenarkan abrasi yang terjadi di Pantai Gumbrih tersebut. Namun menurutnya hal ini sudah dilaporkan ke pemerintah daerah dan masuk salah satu titik pantai yang rawan abrasi di Jembrana. “Di sana memang ada Pura Kawitan, kami sebenarnya juga sangat menginginkan agar di depan Pura tersebut bisa untuk tempat melasti dan acara agama lainnya,” ujar Nurjana.

Di sisi lain, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, Perumahan dan Pemukiman Jembrana (PUPRP) Jembrana, I Wayan Darwin terpisah membenarkan di Pantai Gumbrih tersebut masuk titik pantai yang rawan abrasi. Secara keseluruhan di pesisir Pantai Jembrana dari Gilimanuk hingga Pekutatan terdapat 22 titik.

Baca juga:  Desa Wisata Harus Terlibat Jaga Alam dan Budaya

Dari panjang bentang garis pantai 76 kilometer, 30 kilometer diantaranya masih kritis rawan abrasi. “Kita sudah sampaikan data ini ke Pusat, Gumbrih juga masuk,” ujar Darwin. (Surya Dharma/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *