SINGARAJA, BALIPOST.com – Realisasi pelaksanaan proyek pembangunan jalan baru batas kota Singaraja–Mengwitani atau lebih dikenal dengan shortcut titik lima dan enam di Desa Pegayaman, Kecamatan Sukasada menunjukkan kemajuan pesat. Paket pembangunan jalan dan jembatan ini sudah tergarap sekitar 70 persen.
Dengan kinerja ini, pihak pelaksana semakin optimis proyek yang akan mengatasi kesenjangan Bali Selatan dan Bali Utara ini rampung pada November 2019. Memantau perkembangan realisasi pelaksanaan proyek shortcut, Bupati Buleleng Putu Agus Suradnyana (PAS), Selasa (20/8) melakukan kunjungan ke lokasi proyek. Bupati didampingi Kepala Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang (PUPR) Buleleng dan Kabag Humas Protokol Sekkab Buleleng Ketut Suwarmawan.
Rombongan diterima Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Proyek Pembangunan Jalan Baru Batas Kota Singaraja–Mengwitani, Ketut Payun Astapa. Dikatakan Payun Astapa sejak proyek ini mulai dikerjakan, pelaksana di lapangan sudah membagi dua paket pekerjaan.
Paket pembangunan jembatan dengan panjang 210 meter telah dikerjakan sekitar 80 persen. Selain itu, pembangunan jalan baru sepanjang 1.740 meter dibagi menjadi zona. Dari pekerjaan jalan ini realisasi progressnya 60 persen. “Kemajuan pelaksanaan pekerjaan untuk jalan dan jembatan itu sudah mencapai 70 persen dan dibandingkan perencanaan, kita sudah maju sekitar 2 persen. Pelaksanaan masih terus berjalan dan kalau tidak ada halangan shortcut lima dan enam ini open di akhir Oktober atau November 2019 mendatang,” katanya.
Pembangunan jalan, terutama di zona tiga, lanjutnya masih tahap penimbunan karena di zona itu medannya cukup berat. Volume pekerjaan sepanjang 75 meter dengan kedalaman 13 meter.
Penimbunan ini pun dilakukan dengan mendatangkan material dari Kabupaten Karangasem. “Di sana medannya berat dan sebelumnya juga ada pembebasan lahan dan itu sudah difasilitasi Pemprov dan Pemkab, sehingga lahan tambahan 1,3 sudah tuntas dan tinggal pembayaran ganti rugi oleh pemerintah,” jelasnya.
Sementara itu, Bupati Putu Agus Suradnyana (PAS) mengatakan percepatan realisasi pengerjaan proyek menjadi modal awal untuk percepatan pembangunan titik shortcut 7, 8, 9 dan titik 10. Hal ini sejalan dengan komitmen Gubernur Bali, Wayan Koster akan menuntaskan proyek ini.
Di sisi lain, Bupati mengatakan desain konstruksi sudah memperhitungkan kenyamanan dan mencegah kemungkinan akan terjadi kerusakan akibat alam seperti tanah longsor. Untuk itu, setelah pembangunan tuntas, pemerintah daerah secara tegas akan membatasi pembangunan di sekitar jalur shortcut dan lebih banyak melakukan penanaman pohon untuk menjaga tutupan vegetasi tanaman untuk menyangga resapan air. “Mudah-mudahan bisa terlaksana. Sehingga jalur yang dulu dikatakan susah untuk ke Singaraja bisa jadi lebih nyaman dan kelandaiannya cuma enam persen maksimal saat ini,” tegasnya. (Mudiarta/balipost)