Peserta Sekolah Lapang Geofisika yang berlangsung di Tanah Lot. (BP/win)

TABANAN, BALIPOST.com – Dalam upaya penguatan peran Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) serta pemahaman stakeholder terkait kesiapsiagaan gempa bumi dan mata rantai peringatan dini tsunami BMKG, Stasiun Geofisika Sanglah Denpasar menggelar kegiatan Sekolah Lapang Geofisika di Hotel Dewi Shinta, Tanah Lot, Kabupaten Tabanan.

Kegiatan yang berlangsung selama dua hari (27-28 Agustus) ini, mengusung tema “Membangun Budaya Siaga Gempa dan Tangguh Tsunami”. Lewat kegiatan ini diharapkan peran BPBD bisa semakin kuat sebagai simpul utama informasi gempa bumi di daerah dalam memberikan informasi dan arahan pada wilayahnya.

Dipilihnya Tabanan sebagai tempat kegiatan karena merupakan daerah yang memiliki potensi bencana tertinggi di Bali. Hal ini didasarkan atas indeks informasi dan risiko bencana Indonesia yang dikeluarkan BNPB pada 2013 yang menyatakan Tabanan adalah salah satu daerah yang memiliki nilai indeks risiko gempa bumi yang tinggi.

Baca juga:  Dua Zona Orange Ini Sumbang Belasan Kasus COVID-19 Baru

“Sekolah Lapang Geofisika ini menjadi wadah bagi BMKG dan BPBD untuk saling berkoordinasi, menguatkan peran masing-masing dalam upaya pengurangan risiko bencana gempa bumi,” ujar Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono, S.T., Dipl., SEIS. M.Sc., Selasa (27/8).

Lebih jauh dikatakannya, secara umum Indonesia merupakan daerah rawan gempa bumi. Hal ini karena Indonesia dilalui oleh jalur pertemuan tiga lempeng tektonik, yaitu Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik. Lempeng Indo-Australia bergerak relatif ke arah utara dan menyusup ke dalam Lempeng Eurasia. Lempeng Pasifik bergerak relatif ke arah barat. Jalur pertemuan ketiga lempeng ini berada di laut, sehingga apabila terjadi gempa bumi besar dengan kedalaman dangkal, berpotensi menimbulkan tsunami.

Baca juga:  Pascakaram di Jungutbatu, Kapal Tongkang Diminta Segera Dievakuasi

“Wilayah Indonesia rawan kegempaan dan tsunami, sehingga mitagasi bencana perlu kita sampaikan kepada masyarakat. Peran BPBD sangat penting dalam menyampaikan warning dari BMKG. Cara meneruskan informasi dini itu harus tepat kepada masyarakt. Peran media juga sangat diharapkan menjadi pioner menyebarkan informasi BMKG dan harus mampu menangkal berita hoax,” tandasnya.

Asisten I Bupati Tabanan I Wayan Miarsana, S.H., M.Si., mengatakan, Tabanan memang memiliki potensi bencana yang tinggi. Sebab, kondisi geografisnya “nyegara gunung” dan memiliki garis pantai yang panjang. Ada sembilan komponen bencana yang sering terjadi di wilayah Tababan, di antaranya gempa bumi, tsunami, longsor, dan angin kencang. Pemetaan mitigasi bencana telah dilakukan dan Tabanan sudah membangun budaya siaga bencana.

Baca juga:  Dari Hakim Bebaskan Nenek 85 Tahun dari Dugaan Gunakan Surat Palsu hingga Ratusan Mahasiswa Poltrada Dipulangkan

Menurut Kepala BBMKG Wilayah III Denpasar Drs. M. Taufik Gunawan, Dipl., SEIS., didampingi Kepala Stasiun Geofisika Sanglah Ikhsan, S.T., M.Si., saat ini Bali telah memiliki sembilan sirine yang dipasang di berbagai daerah yang rawan terjadi gempa bumi dan menimbukan tsunami. Sirine tersebut telah diserahkan dan dikelola masing-masing daerah. Sirine-sirine itu rutin dibunyikan sebulan sekali untuk memastikan apakah masih berfungsi maksimal atau tidak. (Winata/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *