TABANAN, BALIPOST.com – Sejumlah petani Tempek Jemanik, Subak Apit Jaring, Desa Kuwum, Kecamatan Marga, harus pasrah lantaran lahan pertaniannya terancam gagal panen akibat kemarau berkepanjangan. Kondisi ini kerap terjadi, pasalnya lahan pertanian setempat merupakan sawah tadah hujan.
Hasil pantauan di lahan pertanian Subak Apit Jaring, Tempek Jemanik, Rabu (28/8), tanaman padi yang baru memasuki masa tanam 25-70 hari terlihat mengering. Meski ada pula sebagian lahan yang menghijau karena berada di bagian rendah dan mendapatkan suplai air yang mulai mengecil.
Salah seorang petani yang juga Klian tempek Jemanik, Wayan Jirna, mengatakan, kondisi ini sudah terjadi cukup lama. Apalagi lahan pertanian memang mengandalkan air hujan untuk pengairan sawah serta aliran air dari subak yang berada di daerah paling tinggi seperti Tempek Umawani dan Tempek Uma Anyar.
Menurut petani berusia 60 tahun ini, 30 are lahan pertanian miliknya pun gagal panen. Padahal saat masa tanam lalu, hasil panen yang didapatkan lumayan bagus. “Prediksi kami dalam waktu dekat akan turun hujan. Jadi, waktu debit air besar belum lama ini, petani mulai menggarap sawahnya. Namun, alam berkata lain, sampai sekarang hujan belum juga turun,” ucap Jirna seraya mengaku mengalami kerugian jutaan rupiah untuk menyewa traktor, membeli pupuk, dan biaya operasional lainnya.
Sementara itu, dari data Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan seperti disampaikan Koordinator POPT Ir. I Nengah Durmita seizin Kepala Dinas I Nyoman Budana, kasus kekeringan tidak hanya terjadi di Subak Apit Jaring, Kecamatan Marga, melainkan juga di sejumlah subak lainnya di empat kecamatan. Hanya, meski terdampak kekeringan, produksi padi di kecamatan lainnya masih berpeluang diselamatkan dengan catatan ada pergiliran pengairan.
Ancaman kekeringan sesuai data Agustus 2019 juga terjadi di Subak Gubug 1, Kecamatan Tabanan, seluas 17,40 hektar dengan rincian 17 hektar masuk kategori ringan dan 0,40 hektar kategori berat. Di Kecamatan Kediri, 14 hektar masuk kategori ringan di Subak Senapahan, Gadon 2, dan Tungkup 2. Di Kecamatan Marga 8 hektar, 2 hektar kategori ringan, 4 hektar berat, dan 2 hektar lagi berat. Serta 2 hektar di Kecamatan Kerambitan dan 1 hektar di Kecamatan Selemadeg Barat.
“Kategori ringan itu artinya masih bisa diselamatkan dan bisa diatasi dengan teknik digilir giring pengairan. Kategori berat seandainya dalam kurun waktu dua minggu tidak turun hujan kemungkinan bisa mengarah ke gagal panen (puso),” beber Durmita. (Dewi Puspawati/balipost)