SURABAYA, BALIPOST.com- Generasi milenial yang berusia antara 20-39 tahun diprediksi akan mendongkrak perekonomian Indonesia sepuluh tahun ke depan. Hal itu ditandai dengan gaya hidup 4S. Yakni, Sugar (makanan dan minuman), Skin (perawatan tubuh dan kecantikan), Sun (liburan dan hiburan), dan Screen (konsumsi layar digital).
Penegasan itu dikemukakan Ekonom UOB Indonesia, Enrico Tanuwijaya, ketika berbicara dalam Economic Outlook 2020 yang dihadiri 1.000 nasabah dari Jakarta, Medan dan Surabaya. “Saya yakin, sepuluh tahun kedepan generasi milenial yang sekarang berusia antara 20-39 tahun diharapkan dapat mendongkrak ekonomi Indonesia,” kata Enrico Tanuwijaya, yang didampingi Presdir PT Bank UOB Indonesia, Kevin Lam, Rabu (28/8).
Saat ini, jumlah generasi milenial di Indonesia sekitar 89 juta. Mereka terimbas perang dagang Tiongkok vs AS.
Menurut dia, fundamental Indonesia yang kuat, mencakup ekspor bersih, investasi dan konsumsi pribadi. Sementara, pendorong pertumbuhan ekonomi utama masih tetap bertumpu pada konsumsi pribadi, yang mencapai lebih dari 50 persen PDB Indonesia. “Pertumbuhan ini akan dimotori oleh meningkatnya pengaruh dan kemampuan belanja kaum milenial, serta sebagai solusi yang diciptakan oleh berbagai perusahaan untuk melayani kebutuhan digital dan preferensi konsumsi milenial yang semakin besar,” ujarnya.
Ia menyatakan, meningkatnya tingkat pendapatan dan kemampuan belanja kaum milenial ini diyakini dapat membantu mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Berdasarkan data riset ekonomi UOB Indonesia tentang tingkat pendapatan berbagai segmentasi populasi antara 2010 hingga 2019, pendapatan riil kaum milenial tumbuh sebesar 8,6 persen per tahun secara tingkat pertumbuhan bertahap (compound annual growth rate). “Angka pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pendapatan antara 3 hingga 5 persen pada kelompok demografi lainnya,” sebutnya.
Seiring dengan meningkatnya pembelanjaan kaum milenial yang dibarengi oleh kenaikan pendapatan, menurut dia, generasi ini akan menjadi faktor utama pendorong pertumbuhan ekonomi sepuluh tahun ke depan.
Sementara, Deputy Head of Indonesian Agency for Creative Economy (Bekraf), Ricky Joseph Pesik, menyatakan, ekonomi digital mau tidak mau akan jadi ekonomi kekinian. “Yang tidak mau mengikuti ekonomi digital akan punah seperti dinosaurus,” kata Ricky.
Persoalannya, keduanya punya generasi. Pertama, generasi digital migrant dan digital natif. “Seperti saya ini masuk generasi digital migran. Sedangkan mereka yang lahir langsung kenal computer disebut digital natif. Generasi digital natif inilah yang akan mendongkrak ekonomi Indonesia kedepan,” tambahnya. (bambang wili/balipost)