DENPASAR, BALIPOST.com – Sabtu (31/8) malam, Pesta Hiburan Rakyat dalam rangka HUT Bali Post ke-71 digelar di Panggung Terbuka Ardha Candra, Taman Budaya, Denpasar. Selain menampilkan drama kolosal “Gajah Mada Reborn” persembahan Sanggar Pancer Langiit, yang didukung oleh pelawak Celekontong Mas dan Cedil, serta diisi puisi dari Putri Suastini Koster, sejumlah penyanyi Bali juga turut memeriahkan Pesta Hiburan Rakyat dalam mendukung visi “Nangun Sat Kerthi Loka Bali”
Sejumlah penyanyi kenamaan, baik penyanyi senior maupun pendatang baru ini memiliki fans fanatik tersendiri. Seperti, AA. Raka Sidan yang akan beduet bersama sang istri Ocha, Ayu Saraswati yang akan tampil menggunakan pakaian “Dewi Tara” yang didesain khusus oleh Sanggar Pancer Langiit, dan penyanyi Bali legenda yang akan tampil dengan ciri khasnya yang “nyentrik”.
Selain itu, penyanyi pendatang baru di belantika musik Bali, Lebri Partami juga turut tampil menghibur para kaula muda dengan single andalannya. Sebagai “guest star”, Navicula Band akan mempersembahkan 7 lagu yang sarat dengan kritik sosial dan lingkungan.
Diantara ketujuh lagu tersebut, lagu “Busur Hujan” akan menjadi andalan band yang terbentuk sejak 1996 ini. Single “Busur Hujan” diciptakan pada tahun 2013 silam yang terinspirasi dari keanekaragaman (plurality) dalam Bhinneka Tunggal Ika. Keanekaragaman tersebut menjadi kekayaan dan kekuatan yang dimiliki bangsa Indonesia.
Single ini diciptakan dalam upaya mendukung kempanye pelestarian keanekaragaman hayati di hutan dan laut Indonesia. Bahkan, pembuatan video klip lagu ini dibuat di atas kapal legendaris Geeenpeace, yaitu Kapal Rainbow Warrior.
“Syuting full band waktu Rainbow Warrior datang ke Bali. Tapi footage-footage lainnya dari Rainbow Warrior waktu mereka keliling dunia. Aku sendiri pernah ikut jadi crew Rainbow Warrior di perairan Papua dan Raja Ampat,” ujar Robi, vokalis Navicula, Jumat (29/8).
Meskipun lagu ini terbilang lama, namun bagi aktivis lingkungan menjadikan lagu ini sebuah amanat untuk terus menjaga dan melestariakan keanekaragaman hayati di hutan maupun laut Indonesia. Bahkan, lagu ini mengajak masyarakat untuk turut menjada pelestarian keanekaragaman hayati tersebut.
Sebab, bagi band yang diperkuat oleh Robi di vokal dan gitar, Dankie di gitar, Palel di drum dan Khrisna pada bass, percaya bahwa seni dapat memberi inspirasi dan pengaruh kepada publik yang lebih luas, terutama bagi anak-anak muda sebagai agen perubahan di masa kini dan masa depan. “Kami percaya, lewat kegiatan berkesenian kami bisa menebar benih perubahan. Kita perlu berubah, dan Navicula ingin menjadi bagian dari perubahan ini,” tegas Robi.
Selain “Busur Hujan”, band yang mengusung genre musik grunge ini akan membawakan 6 lagu lainnya. Yakni, Di Balik Layar, Biarlah Malaikat, Ibu, Mafia Hukum, Bali Berani Berhenti, dan Metropolutan.
Semua lagu ini sarat dengan isu sosial, serta perubahan ekologi yang terjadi di Bali dan dunia saat ini. Musik Navicula kuat dipengaruhi oleh genre Alternatif Rock era 90-an, yang dipopulerkan oleh band-band seperti Nirvana, Pearl Jam, Soundgarden, dan Alice in Chains.
Namun, Navicula dengan kreatif juga menggabungkannya dengan warna lain, seperti psikedelia, progresif, balada, funk, dan musik etnik-tradisional (world music). Selama 23 tahun berkarya, Navicula pernah bergabung dengan major label Sony/BMG tahun 2004 dan sempat merilis satu album bersama label ini.
Namun, tahun 2006, Navicula kembali menyuarakan karya-karya mereka di jalur independen. Hingga saat ini, Navicula telah merilis 8 full album, lusinan proyek album kompilasi, beberapa video musik dan dokumenter, dan sejumlah kolaborasi dengan artis, organisasi, serta jaringan kerja lokal dan internasional. Album terbaru mereka, Earthship, baru saja dirilis tahun 2018. (Winatha/balipost)