Saya sempat membaca di harian Bali Post ada ajakan dari Ny. Suastini Koster yang juga seniman Bali mengajak para pengusaha yang ada di Bali peduli seniman muda. Ajakan atau imbauan ini saya rasa sangat tepat di tengah upaya kita bersama menjaga budaya Bali.
Para pengusaha yang selama ini memasarkan produk atau memiliki usaha jasa di Bali hendaknya berbagi untuk bisa menjadi bapak asuh bagi para seniman. Langkah ini setidaknya bisa membangun keharmonisan komunikasi antara pengusaha dengan penduduk atau krama Bali.
Saya juga sependapat dan setuju jika nantinya Bali membangun pusat kebudayaan yang mengakomodasi seni tradisi dan modern. Bali mestinya bisa mewadahi berbagai kegiatan teater yang selama ini juga membutuhkan tata panggung yang lebih dekat dengan teknologi.
Selain itu, kawasan budaya ini hendaknya juga mengakomodasi kepentingan berbagai kegiatan ritual. Artinya, dalam kawasan ini ada sejenis kawasan untuk menanam pohon-pohon upakara yang diperlukan untuk keperluan yadnya.
Mudah-mudahan pada Bali era baru ini, kita memang menemukan strategi untuk menjaga jati diri kita kembali.
I Made Suma
Gianyar, Bali