SEMARAPURA, BALIPOST.com – Para nelayan kembali disibukkan dengan aktivitas melaut. Sebab memasuki pertengahan Agustus hingga awal September, mulai musim panen ikan tongkol.

Setiap melaut, jaring setiap nelayan berhasil menangkap ikan tongkol ukuran besar dari perairan Kusamba yang berbatasan dengan Nusa Penida. Namun, meski terlihat panen ikan, tetapi nelayan Kusamba justru nampak gundah.

Sebab, para nelayan setempat justru kesulitan memperoleh BBM untuk bahan bakar perahunya. Salah satu nelayan setempat, Wayan Surasta, Senin (2/9), mengatakan bahwa perairan setempat memang memasuki masa panen.

Diakui, jumlah tangkapan cukup meningkat. Sejak dua hari terakhir, tangkapan nelayan mencapai rata-rata 100 ekor dalam sekali melaut.

Baca juga:  Honda ADV150, Andalan Skutik Penjelajah Jalanan dari AHM

Satu ekor ikan tongkol besar bisa dijual seharga Rp 20 ribu. Hasil tangkapannya langsung dijual kepada pengepul di lokasi Pemindangan Kusamba. “Hasil tangkapan memang cukup banyak, tetapi tidak sebanyak hasil tangkapan nelayan dari Karangasem (Desa Seraya). Sekarang lokasi pemindangan dibanjiri ikan tongkol dari Karangasem, tetapi kecil-kecil,” katanya.

Dengan meningkatnya tangkapan ikan, dia mengaku kadang sehari bisa melaut dua kali. Setelah pagi melaut seperti biasa, jika saat siang didengar kabar ada ikan dari kawan nelayan lainnya, dirinya juga ikut melaut siang hari sampai sore.

Sekali melaut, dia menghabiskan biaya sebesar Rp 100 ribu. Dalam sekali melaut menghabiskan 25 liter premium.

Baca juga:  Nelayan dan Warga Desa Yeh Sumbul Nyaris Bentrok

Dengan meningkatnya frekuensi melaut, kebutuhan bahan bakar premium juga meningkat. Namun, stok BBM di SPBN (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Nelayan) di sekitar Kusamba, cepat habis.

Kalau sudah begini, nelayan kesulitan memperoleh BBM dari SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum). Sebab, di lokasi SPBU, petugas setempat dikatakan tidak melayani nelayan yang membeli BBM dengan jiriken.

Meski sudah mengantongi kartu nelayan, mereka tetap tidak dilayani pembelian BBM. “Tetapi, SPBN nya sendiri aneh, justru melayani pembelian masyarakat yang mengendarai sepeda motor,” katanya.

Akibatnya, nelayan kerap membeli BBM jenis pertalite eceran di warung-warung warga, yang jelas harganya lebih mahal.
Meski demikian, pihaknya mengaku tidak ada pilihan lain, agar musim ikan ini mereka bisa manfaatkan untuk menangkap ikan.

Baca juga:  Buleleng Terima DAK Rp1,7 Miliar dari Kementerian Kelautan

Kadis Perikanan dan Ketahanan Pangan
Wayan Durma, meminta para nelayan bersabar. Sebab, kartu nelayan yang dikeluarkan Dinas Perikanan, salah satu ruang lingkupnya hanya dapat membeli BBM di SPBN.

Jadi, kartu nelayan itu memang tidak berlaku jika dipakai membeli BBM di SPBU. Ditanya mengenai solusinya, ia mengaku sulit memberikan solusi. “Tapi kan habisnya hanya beberapa saat saja, setelah itu kan pasti BBM di SPBN datang lagi,” tegasnya. (Bagiarta/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *